Indahnya Saling Nasehat-Menasehati

Indahnya Saling Nasehat-Menasehati
BREAKING

Kamis, 29 November 2018

Renungan - Siapa itu Da'i




Al Haadii - Maha Pemberi Petunjuk



ALLOH SWT berfirman:

وَّلِيَـعْلَمَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَيُؤْمِنُوْا بِهٖ فَـتُخْبِتَ لَهٗ قُلُوْبُهُمْ  ۗ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَهَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

"...Dan sungguh ALLOH pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus."
Q.S. Al-Hajj (22)/54

ALLOH Al Haadii, artinya ALLOH pemberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dialah yang memberi petunjuk kepada manusia sehingga dapat membedakan baik dan buruk, yang benar dan yang salah,  beribadah dengan benar, melakukan amal sholeh.

"Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu kemudian memberinya petunjuk."
Q.S.Thaha (20)/50

Dia membimbing hamba-hamba-Nya untuk selalu mengikuti jalan-jalan yang diridhoi-Nya dan bukan jalan-jalan yang dimurkai-Nya demi kelangsungan hidup dan kehidupan mereka di Dunia maupun di Akhirat.

ALLOH SWT berfirman:
"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir, dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan)."
Q.S. Al Balad (90)/8-10

Hasil dari petunjuk yang telah ALLOH berikan dan terima adalah Iman, Islam, Ihsan (Makrifat), dan bertauhid kepada-Nya.

ALLOH berfirman:
"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk."
Q.S. Al A'laa (87)/1-3

Petunjuk ALLOH inilah yang menuntun manusia menuju kebahagiaan dunia dan Akhirat, serta mendorong manusia untuk dapat melaksanakan petunjuk-petunjuk-Nya dengan baik dan benar.

"Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. ALLOH menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)."
Q.S. Asy-Syuura (42)/13

ALLOH juga menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari jalan-Nya yang lurus dan benar, karena pengingkaran terhadap  rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah-Nya, kefasikan (meremehkan hukum-hukum-Nya), kezhaliman (perilaku dan tindakan aniaya) mereka, dan mereka lebih menyukai kesesatan (sesat dan menyesatkan) daripada petunjuk-Nya kepada mereka sebelumnya, tetapi lebih disebabkan oleh "kebutaan" hati, akal dan indra mereka dalam menangkap petunjuk-Nya dan mereka memandang petunjuk-Nya itu bertentangan dengan selera nafsunya, sehingga mereka pun enggan mengikuti-Nya.

ALLOH berfirman:
"...Barang siapa yang diberi petunjuk oleh ALLOH, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."
Q.S. Al Kahfi (18)/17

"...Dan ALLOH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
Q.S. Al Baqarah (2)/258

"...Dan ALLOH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Q.S. Al Baqarah (2)/264

"...Dan ALLOH tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
Q.S. At Taubah (9)/24

Dialah yang memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun menghendaki-Nya; dan menyesatkan siapa pun yang dikehendaki-Nya disebabkan kecenderungan jiwa, hati, akal, indera, dan fisik mereka pada kesesatan.

ALLOH SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi ALLOH memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan ALLOH lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Q.S. Al Qashash (28)/56

Kita harus senantiasa memohon petunjuk-Nya. Kita tidak boleh merasa sudah benar-benar berada dalam petunjuk sehingga tidak perlu lagi.

ALLOH berfirman,
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kamu kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (karunia)"
Q.S. Ali 'Imran (3)/8

Meneladani sifat ALLOH Al Haadii berarti kita seharusnya mampu membimbing diri sendiri dan orang lain agar istiqamah di tempat ibadah yang benar, berpijak di jalan yang benar, mendorong seorang hamba untuk terus menyebarkan kebenaran dan kebaikan kepada siapa pun yang ada di sekelilingnya. Ia selalu terdepan sebagai teladan dan penunjuk kepada jalan kebaikan dan kebenaran. Ia selalu sabar dan istiqamah dalam menjalani profesinya sebagai pioner penunjuk kebenaran. Begitulah yang dilakukan para nabi dan pengikutnya dalam memberikan pencerahan kepada umatnya. Dalam menyampaikan petunjuk, mereka senantiasa memakai cara-cara yang halus dan elegan.

ALLOH SWT berfirman:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat ptunjuk.
Q.S. An Nahl (16)/125

Selasa, 27 November 2018

Belajar Taqwa kepada shohabat Rosululloh, Tholhah bin Ubaidillah



Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada ALLOH, maka diantara mereka ada yang gugur.
"Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya."
Al-Ahzaab (33)/23

Tholhah merupakan salah satu shohabat Rosululloh berasal dari Quraisy. Beliau termasuk enam konsultan Rosululloh dan sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.
Tholhah ra. merupakan salah seorang dari delapan orang yang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu, satu mu'min bernilai seribu orang. Ia merupakan seorang yang selalu tepati janji.
Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji.
Thalhah masuk Islam melalui anak pamannya, Abu bakar As sidiq rodiyallohu anhu.

Karakter Tholhah Bin Ubaidillah:

1. Baik hati dan Dermawan
Tangannya senantiasa terulur memberikan bantuan, dan sangat baik hati. Ia menghabiskan hartanya demi kebaikan dan membela Islam serta menolong mereka yang membutuhkan.
Tholhah bin Ubaidillah termaksud yang kaya raya yang pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su'da binti Auf. Pada suatu hari istrinya melihat Tholhah sedang murung dan duduk termenung sedih. Melihat keadaan suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Tholhah mejawab:
"Uang yang ada di tanganku sekarang ini begitu banyak sehingga memusingkanku.
Apa yang harus kulakukan?"
Maka istrinya berkata: "Uang yang ada ditanganmu itu bagi-bagikanlah kepada fakir-miskin."
Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Tholhah tanpa meninggalkan sepeserpun.
Assaib bin Zaid berkata tentang Tholhah, katanya: "Aku berkawan dengan Tholhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin, Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya".
Jaabir bin Abdullah bertutur: "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Tholhah walaupun tanpa diminta."
Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki "Tholhah si dermawan", "Tholhah si pengalir harta", "Tholhah kebaikan dan kebajikan".

2. Loyalitas Tinggi
Abubakar rodiyallohu anhu berkata: Perang Uhud adalah harinya Tholhah ra. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rosululloh saw. 
Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini."
Pada waktu itu aku melihat tubuh tholhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus. Diceritakan, ketika tentara Muslimin terdesak mundur dan Rosululloh saw dalam bahaya akibat ketidakdisiplinan pemanah-pemanah dalam menjaga pos-pos di bukit, di saat itu pasukan musyrikin bagai kesetanan merangsek maju untuk melumat tentara muslim dan Rosululloh saw, terbayang di pikiran mereka, kekalahan yang amat memalukan di perang Badar. Mereka masing-masing mencari orang yang pernah membunuh keluarga mereka sewaktu perang Badar dan berniat akan membunuh dan memotong-motong dengan sadis. Semua musyrikin berusaha mencari Rosululloh saw. Dengan pedang-pedangnya yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari Rosululloh saw. Tetapi kaum muslimin dengan sekuat tenaga melindungi Rosululloh saw, melindungi dengan tubuhnya dengan daya upaya, mereka rela terkena sabetan, tikaman pedang dan anak panah. Tombak dan panah menghunjam mereka, tetapi mereka tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh: "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rosululloh saw.".
Salah satu diantara mujahid yang melindungi Rosululloh saw adalah Tholhah rodiyallohu anhu. Ia berperawakan tinggi kekar. Ia ayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat ke arah Rosululloh saw yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya bagai laron yang tidak memperdulikan maut. Alhamdulillah... Rosululloh saw. selamat.

Tholhah memang merupakan salah satu pahlawan dalam barisan tentara perang Uhud.
Ia siap berkorban demi membela Rosululloh saw.
Ia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena ALLOH menganugrahkan kepada dirinya tubuh kuat dan kekar, keimanan yang teguh dan keikhlasan pada Dienulloh.
Akhirnya kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira Rosululloh saw telah tewas.
Alhamdulillah... Rosululloh saw selamat walaupun dalam keadaan menderita luka-luka.
Rosululloh dipapah oleh Tholhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran.
Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Tholhah, seraya berkata:
"Aku tebus engkau Ya Rosululloh saw dengan ayah ibuku."
Rosululloh saw tersenyum dan berkata: "Engkau adalah Tholhah kebajikan."
Di hadapan para sahabat Rosululloh saw bersabda: "Keharusan bagi Tholhah adalah memperoleh ...." Yang dimaksud Rosululloh saw adalah memperoleh surga.
Sejak peristiwa Uhud itulah Tholhah mendapat julukan "Burung elang hari Uhud."

3. Pemberani
gelar dan sebutan yang didapatnya antara lain "Assyahidul Hayy", atau syahid yang hidup. Julukan ini diperolehnya dalam perang Uhud. Saat itu barisan kaum muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari samping Rosululloh. Yang tersisa di dekat beliau hanya 11 orang Anshar dan Tholhah bin Ubaidillah dari Muhajirin.
Rosululloh dan orang-orang yang mengontrol beliau naik ke bukit tadi dihadang oleh kaum musyrikin.
"Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di Surga," seru Rosululloh.
"Aku Wahai Rosululloh" kata Thalhah bin Ubaidillah.
"Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu."
"Aku ya Rosululloh..." kata seorang prajurit Anshar. "Ya, majulah," kata Rosululloh. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir.
Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui kesyahidan.
Rosululloh kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Tholhah bin Ubaidillah mengajukan diri pertama kali.
Tapi, senantiasa ditahan oleh Rosululloh dan diperintahkan untuk tetap ditempat sampai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Tholhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rosululloh.

Rosululloh saw pernah berkata kepada para shohabat:
"Orang ini termasuk yang gugur dan barangsiapa senang melihat seorang syahid berjalan di atas Bumi maka lihatlah Tholhah ra".

Tholhah bin Ubaidillah (wafat 36 H/ 656 M),  wafat pada usia enam puluh tahun.

Senin, 26 November 2018

Asmaul husna - AN-NAAFI’U - Yang Maha Pemberi Kemanfa’atan



Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi kita hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya... 
Dan jika mati... Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...

ALLOH SWT berfirman:

قُلْ لَّاۤ اَمْلِكُ لِنَفْسِيْ نَـفْعًا وَّلَا ضَرًّا اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰهُ   ۗ  وَلَوْ كُنْتُ اَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ   ۛ   وَمَا مَسَّنِيَ السُّۤوْءُ   ۛ  اِنْ اَنَاۡ اِلَّا نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudhorotan kecuali yang dikehendaki ALLOH. dan sekiranya aku mengetahui yang ghoib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudhorotan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
QS. Al A’raf (7)/188

Begitu banyaknya potensi Dunia ini disediakan untuk manusia agar dapat dimanfaatkan, sebagai sarana untuk hidup dan melanjutkan kehidupan ini, berupa tanah yang subur sehingga dapat digunakan untuk sawah dan ladang sebagai sumber pencaharian bagi manusia, air hujan yang tercurah dari Langit untuk menyirami tumbuh-tumbuhan dan minuman ternak, udara yang sejuk membuat nyaman dan aman tinggal di pelosok desa sekalipun, bagaimana bahan tambang yang ada di dalam tanah berupa bijih besi dan minyak serta kandungan kekayaan lainnya, semuanya disediakan untuk manusia.

Perhatikanlah matahari dijadikan ALLOH yang sangat bermanfa’at bagi Alam Dunia ini, bahkan cahayanya dapat menembus sampai ke dasar-dasar laut sekalipun. Matahari itu banyak sekali manfa’atnya, apalagi di zaman kemajuan ini dimana ilmu tekhnologi telah meningkat sangat maju, maka cahaya matahari itu dapat dipergunakan orang untuk berbagai keperluan dan kepentingan. 
Demikian pula bulan dan bintang-bintang semuanya ada manfa’at dan faedahnya. Alhasil semua yang dijadikan ALLOH ini tidaklah sia-sia, ada hikmah dan kepentingannya.

Demikianlah kemanfa’atan dari ALLOH itu, merata diberi-Nya kepada yang maujud (yang ada) ini.

Semua manfaat yang diterima oleh manusia seperti untung, senang, bahagia, kesuksesan dan keselamatan, maka semua itu dari ALLOH, tidak ada pihak lain yang mampu memposisikan itu kepada makhluk hidup di Dunia ini. Manusia tidak mampu untuk menarik kemanfaatan bagi dirinya dan tidak mampu pula menolak mudhorot atas dirinya, semuanya itu dari ALLOH semata.

ALLOH SWT berfirman:
“Sesungguhnya tentang kejadian Langit dan Bumi, dan pertukaran malam dengan siang, kapal yang berlayar di lautan yang membawa barang-barang yang bermanfaat (berfaedah) bagi manusia, hujan yang diturunkan ALLOH dari Langit, maka dihidupkan -Nya Bumi yang telah mati dan berkeliaran di atasnya bermacam-macam binatang, angin yang bertiup dan mega (awan) yang terbentang antara Langit dan Bumi. Sesungguhnya segala yang tersebut itu menjadi bukti atas kekuasuan ALLOH, bagi kaum yang berakal.”
QS. Al-Baqarah (2)/164

Kehadiran manusia di Dunia ini tidaklah dibiarkan begitu saja, tapi dibekali dengan perlengkapan hidup dan modal untuk menggarap Alam ini dengan ikhtiar masing-masing, ALLOH menciptakan manusia dan Dia mengetahui maslahat dan kebutuhannya, semua itu sebagai modal dasar hadirnya manusia, untuk saling berlomba-lomba mencari keberhasilan dengan prestasi masing-masing, memang ALLOH tidak menuntut keberhasilan kita, tapi yang dituntut adalah usaha maksimal kita dalam usaha bekerja, inilah bekal manusia yang diberikan ALLOH.

ALLOH menciptakan jasad yang membutuhkan makanan dan minuman, agar jasad tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana ia juga membutuhkan pakaian dan tempat tinggal. Dia menciptakan akal yang membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan melaksanakan tugas Sebagai Kholifah.

ALLOH SWT berfirman:
”Dan Dia menciptakan di Bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”
QS. Fushilat (41)/10

ALLOH memberikan bekal kepada manusia dengan diciptakan-Nya ruh yang membutuhkan petunjuk dan hidayah, agar kehidupan manusia menjadi lurus di Dunia dan Akhirat, karena manusia disebut sebagai manusia bukanlah karena jasadnya tapi karena ruhnya yang terpimpin oleh petunjuk ALLOH.

ALLOH SWT berfirman:
”Dialah yang menjadikan Bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizqi-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan’’
QS. Al Mulk (67)/15

Sebagian orang mengasosiasikan rizqi itu adalah sesuatu yang dapat diukur dengan jumlah materi, semua itu adalah bagian terkecil dari rizqi, makna rizqi itu luas sekali, rizqi ALLOH yang datangnya tidak berpintu.

ALLOH membekali  manusia di Dunia ini ilmu pengetahuan untuk mengantisipasi perkembangan dan dinamika hidup sesuai dengan perkembangan masanya.

ALLOH SWT berfirman:
”Dan ALLOH mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
QS. An Nahl (16)/78

Manusia tidak bisa hidup tanpa bimbingan wahyu dan petunjuk-Nya, terlalu banyak penyimpangan yang dilakukan manusia bahkan keluar dari eksistensinya sebagai makhluk ALLOH ketika tidak mengacu kepada petunjuk ALLOH.
Untuk itulah makanya dikirim Nabi dan Rosul untuk memberikan petunjuk kepada manusia, yang petunjuk tadi tidak sembarangan orang dapat menerimanya sehingga muncullah golongan kafir, fasiq dan dzolim sebagai wujud pembangkangan mereka terhadap petunjuk ALLOH itu.
Orang yang mampu menerima hidayah tersebut adalah manusia yang punya hati nurani yang disertai rohani yang tunduk kepada kebenaran. 

ALLOH SWT berfirman:
”Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): "Sembahlah ALLOH (saja), dan jauhilah thoghut itu", maka di antara ummat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh ALLOH dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka Bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rosul-rosul)”
QS. An Nahl (16)/36

Demikian banyaknya bekal yang diberikan ALLOH kepada manusia untuk mengelola, memimpin dan memakmurkan Dunia ini dengan segala potensi yang dimiliki, semuanya itu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di Dunia ini, andai kata tidak diberikan ALLOH bekal tersebut maka tidaklah bertahan lama kehidupan manusia di Dunia ini, selayaknya manusia tidak mengabaikan nikmat tersebut untuk mencapai keberhasilan hidup di Dunia hingga Akhirat.

ALLOH SWT berfirman:
"Pada hari, ketika harta benda dan anak-anak tidak bermanfaat.
Kecuali orang yang menghadap kepada ALLOH dengan hati yang sehat akan mendapat manfaat."
QS. As Syu’ara : 89-90

Maka Dzat ALLOH SWT lah yang memberi manfaat kepada manusia, baik di Dunia ini juga maupun di Akhirat nanti. ALLOH berkuasa untuk memberikan manfaat kepada makhluk-Nya sehingga mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan bagi makhluk yang merasakannya, manusiapun dituntut untuk mendistribusikan kemanfaatan itu kepada orang lain sebagai ujud persaudaraan dan kemanusiaan, sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Nabi.

 Rosululloh saw  bersabda:
“Jadilah kalian manusia yang berfaedah bagi yang lain baik dengan amal perbuatan maupun dengan nasihat kepada yang lain!”

Minggu, 25 November 2018

AN NUUR - Yang Maha Pemberi Cahaya


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi kita hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya... 
Dan jika mati... Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...

ALLOH SWT berfirman:

اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ   ۗ  مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌ  ۗ  الْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍ   ۗ  اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰـرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍ   ۙ  يَّـكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْٓءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ  ۗ  نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍ   ۗ  يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَآءُ   ۗ  وَ يَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ  وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ  

"ALLOH (pemberi) cahaya (kepada) Langit dan Bumi. Perumpamaan cahaya ALLOH, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah barat (nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis). ALLOH membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan ALLOH memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan ALLOH Maha Mengetahui segala sesuatu"
QS. An Nuur (24)/35

ALLOH adalah Dzat Pemberi Cahaya, Dzat yang memberikan cahaya kepada hati orang-orang bijak untuk mengenal-Nya dan beriman kepada-Nya, serta menerangi hati-hati mereka dengan petunjuk-Nya, Dzat Pemberi Cahaya, Dia menghilangkan kegelapan dengan cahaya-Nya, menerangi langit dan bumi, dan menerangi jalan orang-orang yang berjalan menuju kepada-Nya serta menerangi hati-hati mereka, Dzat Pemberi Cahaya dan tabir-Nya Pemberi Cahaya, jikalau Dia membukanya akan terpancar cahaya wajah-Nya yang menjadikan hamba-Nya tidak akan berhenti dalam memandang-Nya.

ALLOH adalah AN NUUR yang Maha Bercahaya, Maha Pemberi Cahaya yang tampak. Dia-lah yang menyebabkan segala sesuatu menjadi kelihatan. Apa yang kelihatan itu sendiri dan apa yang membuat benda-benda lain kelihatan disebut Nuur.

Eksistensi adalah lawan ketiadaan dan apa yang kelihatan tidak mungkin terlihat, kecuali berkaitan dengan eksistensi karena tiada kegelapan yang lebih gelap daripada ketiadaan. 
Apa yang bebas dari kegelapan ketiadaan, dan bahkan dari kemungkinan ketiadaan dan yang menarik segala sesuatu dari kegelapan ketiadaan menuju perwujudan eksitensi, patut disebut cahaya.

Eksistensi adalah cahaya yang mengalir ke segala sesuatu dari cahaya Dzat-Nya, karena Dia adalah Pemberi Cahaya Langit dan Bumi. Karena tidak ada satu atom dari cahaya Matahari itu sendiri yang tidak membawa sesuatu ke eksistensi Matahari yang menyinarinya, tidak ada satu atom dari wujud-wujud di Langit dan di Bumi dan apa yang ada diantaranya, yang tidak membawa sesuatu dengan kemungkinan eksistensinya, yang harus ada yang mewujudkan mereka.

ALLOH An-Nuûr, ALLOH Maha Pemberi Cahaya, Pemilik Cahaya, Sumber Cahaya. Yang Maha Jelas pada diri-Nya, yang bersumber dari-Nya segala yang jelas. Cahaya-Nya tidak pernah tersentuh kegelapan. Cahaya keberadaan dan kekuasaan-Nya, terpancarkan kepada seluruh alam dan makhluk ciptaan-Nya.

ALLOH SWT. pernah memberikan sebuah mukjizat pada Rosululloh saw. Pada suatu ketika, ada seorang sahabat Rosululloh saw. bernama Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengalami kebutaan. Rosululloh saw ingin menolong sahabatnya itu. Rosululloh saw kemudian memberikan sebuah tongkat istimewa pada Ibnu Abbas “Wahai, Ibnu Abbas pergunakanlah tongkat ini untuk membantu penerangan engkau di malam hari….” kata Rosululloh saw. Tongkat Ibnu Abbas mengeluarkan cahaya seperti lampu sehingga membantu Ibnu Abbas menerangi jalan di saat malam gelap. Benar-benar menakjubkan! Tongkat itu mengeluarkan cahaya seperti lampu. ”Terima kasih... ya Rosululloh!” “Tongkat ini membantu aku menerangi jalanku di saat malam gelap,” kata Ibnu Abbas dengan senang hati.

ALLOH SWT telah menciptakan benda-benda yang bercahaya di alam semesta ini. Seperti bintang, matahari, bulan, serta api. Sehingga ALLOH Maha Bercahaya.

Seorang hamba yang meneladani nama An-Nûr, akan selalu memperbaiki dirinya serta memupuk cahaya keimanan, keislaman, dan ihsan dalam dirinya. Dia senantiasa membersihkan hatinya dari berbagai penyakit yang dapat menghambat pancaran cahaya ilahi dan menjauhkan dirinya dari berbagai hal yang dapat menghalanginya untuk mendekatkan diri kepada sumber cahaya hakiki dan abadi.

Ia selalu menegakkan cahaya keimanan, kebenaran, dan keadilan, di mana pun ia berada, sehingga tercipta masyarakat yang bermandikan cahaya keimanan, kebenaran, dan keadilan. Cahaya yang dimilikinya tidak hanya menyinari dirinya, tetapi juga menjadi penerang bagi sekitarnya. Pada akhirnya, cahaya itu mengantarkannya kepada kehidupan abadi kelak di Akhirat.

ALLOH SWT berfirman:
”(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu'min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (dikatakan kepada mereka): ”Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.”
QS. Al-Hadîd (57)/12

Doa orang yang meneladani nama An-Nûur adalah:
”Ya Robb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
QS. At-Tahrîm (66)/8

Sabtu, 24 November 2018

Muhammad The Messenger Of God


Film Nabi Muhammad SAW


Rabu, 21 November 2018

Pejuang Pelanjut Risalah Kerasulan



Untuk Para Pejuang Pelanjut Risalah Kerosulan....
۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰۰

الصلاة والسلام عليك ،

Assholâtu wassalâmu ‘alaik…

Semoga sholawat dan salâm tercurahkan padamu...

ياإمام المجاهدين ، يارسول الله

Yâ Imâmal mujâhidîn, Yâ Rosûlalloh..

Duhai pemimpin para pejuang....
Ya Rosululloh...

الصلاة والسلام عليك ،

Assholâtu wassalâmu ‘alaik…

Semoga sholawat dan salâm tercurahkan padamu ..

ياناصر الهدی ياخير خلق الله

Yâ nâshirol Hudâ, yâ khoiro kholqillâh

Duhai penolong petunjuk ilahi...
Duhai makhluk Alloh yang terbaik...

الصلاة والسلام عليك ،

Assholâtu wassalâmu ‘alaik…

Semoga sholawat dan salâm tercurahkan padamu...

ياناصر الحق يارسول الله

Yâ nâshirol haqqi, yâ Rosûlalloh..

Duhai penolong kebenaran....
Ya Rosululloh.....

الصلاة والسلام عليك ،

Assholâtu wassalâmu ‘alaik…

Semoga sholawat dan salâm tercurahkan padamu...

يامن أسری بك المهيمن ليلا ، نلت مانلت والأنام نيام

Yâ man asrô bikal muhaiminu lailân nilta mâ nilta wal anâmu niyâm

Duhai yang memperjalankanmu di malam hari Dialah Yang Maha Melindungi... Engkau memperoleh karunia saat semua manusia tidur...

وتقدمت للصلاة فصلی کل من فی السماء وأنت الإمام

Wa taqoddamta lissholâti fashollâ, kullu man fîssamâ-i wa antal Imâm

Semua penghuni Langit sholat dibelakangmu dan engkau menjadi imam mereka...

وإلی المنتهی رفعت گريما ..۲

Wa ilâl muntahâ rufi’ta karîmân..2x

Karena kemuliaanmu engkau diberangkatkan ke Sidrotul Muntaha...

وسمعت النداء عليك السلام

Wa sami’tan-nidâ-a ‘alaikassalâm

Disana engkau mendengar suara ”salâm atasmu”...

ياگريم الأخلاق ، يارسول الله

Yâ karîmal akhlâq, yâ Rosûlalloh...

Duhai...
yang paling mulia akhlaknya...
Ya Rosululloh...

صلی الله عليك وعلی الك وأصحابك أجمعين

Shollallohu ‘alaik…
Wa ‘alâ âlika wa ash-hâbika ajma’în...

Semoga sholawat selalu tercurahkan padamu, pada keluargamu dan para sahabatmu...

Selasa, 20 November 2018

Belajar Taqwa dari Maha Guru "Muhammad SAW"



Saudaraku… Maha guru macam manakah beliau…? Manusia corak apakah beliau…? Beliau yang tak ubah sebagai telaga atau lubuk yang dalam…, yang penuh dengan kebesaran, kejujuran dan ketinggian…! Sungguh, orang-orang yang terpesona melihat kebesarannya itu tidaklah dapat disalahkan, sementara orang-orang yang sedia menebus dirinya dengan nyawa mereka, merekalah yang beroleh keberuntungan…! Muhammad SAW, putra Abdullah…, utusan Allah kepada ummat manusia, dalam arena kehidupan yang panas membara…! Rahasia dan syarat-syarat apakah yang dimilikinya secara sempurna, hingga ia berhasil menjadi seorang manusia yang mengatasi seluruh manusia? Dan tangan keramat macam apakah yang ditadahkannya ke langit, hingga seluruh pintu rahmat, pintu ni’mat dan petunjuk terbuka baginya selebar-lebarnya…? Keteguhan iman kekuatan dan kemauan macam apakah…? Kejujuran, ketulusan dan kesucian corak manakah…? Kerendahan hati, kecintaan dan kesetiaan seperti apakah? Lalu menjunjung tinggi kebenaran…! Dan kemudian penghargaan terhadap hidup dan segala makhluk yang hidup! Sungguh, Allah telah melimpahkan padanya karunia sebanyak-banyaknya, menyebabkan mampu memikul panji-panjiNya dan membicarakan asmaNya, bahkan menjadikannya sanggup sebagai penutup dari semua RasulNya…! Itulah sebabnya karunia Allah kepadanya tidak terkira besarnya. Dan betapa juga asyiknya akal fikiran, ilham maupun tulisan membicarakannya dan menggubah lagu-lagu kebesarannya, tapi seolah-olah semua itu tidak akan mampu mencapai tempatnya, dan tidak pernah mampu bibir menuturkannya…. Bila demikian halnya, maka ia merupakan suatu kehidupan yang gamblang dapat bicara. Semenjak dari awal hingga akhirnya, dari buaian ke liang lahad! Segala pandangan, segala langkah dan ucapan, sekalian gerak-gerik bahkan sekalian impian, cita-cita dan angan-angan hatinya, semenjak hari pertama ia lahir ke dunia, semua itu pantas untuk menjadi milik ummat manusia. Seolah-olah dengan itu Allah Ta’ala hendak mema’lumkan kepada ummat manusia: “Inilah utusanKu kepada kamu semua, sarananya ialah akal dan logika, dan inilah dari masa bayinya perihidupnya terbuka. Maka periksalah dengan segala akal budi dan pertimbangan logika yang ada padamu, dan bawalah ke batu ujian…! Nah, adakah kiranya hal-hal yang meragukan? Terdapatkah kepalsuan? Pernahkah ia berbohong agak sekali? Pernahkah ia berkhianat? Pernahkah namanya ternoda? Pernahkah ia membuka ‘auratnya? Adakah seseorang yang dianiayanya, atau adakah janji yang dilanggarnya? Adakah silaturahmi yang diputuskannya, tanggung jawab yang dilemparkan dari pundaknya atau perikemanusiaan yang diabaikannya? Pernahkah ia menghina orang dan pernahkah ia menghadapkan mukanya menyembah berhala? Periksalah dengan cermat, selidiki dengan teliti! Tidak satu tahap pun dari kehidupannya yang diselubungi kabut tertutup tirai besi! Muhammad SAW, meyakini sepenuhnya bahwa kemunculannya dalam arena kehidupan manusia tiada lain hanyalah untuk merubahnya, dan bahwa beliau bukan hanya menjadi utusan bagi quraisy, bahkan bukan hanya bagi bangsa Arab semata, tetapi adalah bagi ummat manusia umumnya…. Dan Allah SWT telah membukakan penglihatannya menembus jarak jauh yang akan dicapainya oleh da’wahnya, yang akan dinaungi oleh bendera dan panji-panjinya. Maka telah disaksikannya dengan mata kepalanya masa depan agama yang diberitakan kepadanya, serta keabadian mutlak yang akan dimilikinya, sampai bumi dan segala isinya kembali ke tangan Maha Penciptanya…. Namun semuanya itu, segala yang terdapat pada dirinya, begitupun pada agamanya, serta keberhasilan yang belum pernah disaksikan dunia tolok bandingnya, menurun pandangannya tidak lebih dari sekeping batu bata pada sebuah bangunan…! Maka segala kehidupan yang dijalaninya…. Segala perjuangan dan kepahlawanannya…. Segala kebesaran dan keluhurannya…. Segala kemenangan yang telah dicapai oleh agamanya di waktu hidupnya, dan segala kebahagiaan yang diketahuinya akan dicapai setelah wafatnya…. semua itu baginya tidak lebih dari batu bata…., hanya sekeping batu bata pada sebuah bangunan antik dan raksasa…! Nah, inilah dia mahaguru manusia dan penutup segala Nabi itu! Inilah dia cahaya gemilang yang disaksikan ummat selagi hidup di kalangan mereka sebagai manusia, kemudian setelah kepergiannya disaksikan mereka sebagai suatu hakikat kenyataan yang takkan hilang dari kenangan….!

Sabtu, 17 November 2018

Al-Mughnii - Yang Maha Pemberi Kekayaan



ALLOH SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَـرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَا   ۚ  وَ اِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۤ اِنْ شَآءَ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka ALLOH nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya ALLOH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
QS. At-Taubah (9)/28

Al-Mughni adalah ALLOH Yang Maha Memberi Kekayaan, Yang Menganugerahkan berbagai kenikmatan, Yang Mencukupi Seluruh Kebutuhan Makhluk-Nya.

Dia-lah yang menjadikan orang miskin menjadi kaya, orang yang membutuhkan, menjadi tercukupi dengan karunia-Nya.
Hanya Dia-lah Yang Maha Mencukupi, karena ALLOH Yang Maha Kaya.Orang yang beriman kepada-Nya, tidak perlu khawatir menjadi miskin atau terlantarkan, karena ALLOH akan mencukupi-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
”Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”
QS. Adh-Dhuhâ (93)/8

Dalam ayat lain ALLOH SWT berfirman:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin, ALLOH akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Dan ALLOH Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
QS. An-Nûr (24)/32

Namun, jaminan ALLOH ini bukan berarti manusia boleh meninggalkan ikhtiar, karena semua yang terjadi di Dunia ini telah ALLOH ikat dengan aturan-aturan-Nya, seperti kewajiban mengambil sebab dan berikhtiar.
Walaupun semuanya tetap tidak dapat lepas dari ketentuan ALLOH yang berlaku atas seorang hamba.

ALLOH yang memberikan rizqi kepada hamba-Nya, bahkan ulat yang didalam batupun tetap diberi rizqi sebagai bahan untuk hidup dan berkembang, intinya rizqi itu dibentangkan ALLOH sejak dari atas, dalam dan sela-sela bumi ini, ada yang hanya sebatas menerima rizqi tanpa kelebihan, tapi ada juga yang mendapat rizqi lebih dari cukup sehingga dia menjadi orang yang kaya.

Seiring dengan ketentuan ALLOH memberikan rizqi dan kekayaan kepada hamba-Nya maka usaha kearah itu harus ada karena memang ALLOH tidak pernah memberikan rizqi lansung ditampung dari langit tanpa usaha dari manusia.

Siti Maryam, dikala dia akan melahirkan anaknya, di tempat yang sepi tanpa ada yang bisa membantunya, haus dan lapar datang ketika itu, walaupun dia berada di bawah pohon kurma tapi buah kurma tidak jatuh demikian saja, ALLOH memerintahkan Maryam agar mengguyang batang kurma itu, walaupun tidak ada kekuatan untuk itu, tapi usaha memang harus sehingga hanya dengan meletakkan tangannya saja, buah kurma itu berguguran.

ALLOH SWT berfirman:
“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesuangguhnya Robb-mu telah menjadikan anak sungai di bawahmu dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu…”
QS. Maryam (19)/23-26

Begitu juga perjalanan kehidupan yang dilalui oleh Nabi Muhammad yang diberi kesempatan oleh ALLOH mendapatkan rizqi dan kekayaan yang banyak.
Di usia 25 tahun, usia yang masih relatif muda, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang pengusaha sukses Mekkah.
Secara otomatis Muhammad menjadi pemilik sekaligus pengelola dari kekayaan Khadijah.
Penggabungan dua kekayaan melalui pernikahan tersebut tentunya semakin menambah usaha perdagangan mereka baik secara modal maupun penguasaan pangsa pasar.
Pada tahapan ini Muhammad sudah menjadi business owner.

Setelah Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau semakin gencar mengembangkan bisnisnya melalui dengan ekspedisi bisnis secara rutin di pusat-pusat perdagangan yang ada di jazirah Arab, beliau intens mengunjungi pasar-pasar regional maupun Internasional demi mempertahankan pelanggan dan mitra bisnisnya.
Jaringan perdagangan beliau telah mencapai Yaman, Suriah, Busara, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Arab lainnya.

Saat menjelang masa kenabian (berumur 38 tahun) dimana waktunya banyak dihabiskan untuk merenung beliau telah sukses menjadi pedagang regional dimana wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Suriah, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Jazirah Arab lainnya.

Pada tahapan in beliau telah memasuki fase yang kehebatan berbisnis Muhammad bisa dilihat dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain, Muhammad menanyakan kepada Al-Ashajj berbagai hal dan orang-orang yang terkemuka serta kota-kota yang terkemuka di Bahrain.
Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut atas luasnya pengetahuan geografis serta sentral-sentral komersial Muhammad.

ALLOH memberikan kekayaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya melalui peluang-peluang usaha yang mendatangkan banyak rizqi, hal itu boleh saja, asal jangan melupakan hak dan kewajiban sebagai orang yang kaya untuk menggunakan harta itu dijalan yang benar sesuai yang dikehendaki Pemberi Kekayaan.
Untuk diketahui, harta yang dimiliki itu hanya sementara, bila masih menumpuk saat kematian menjemput maka tidaklah akan bisa dibawa ke Alam Barzakh.

Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Rosululloh bersabda:
Tiga perkara yang akan mengiringi mayit, yang dua akan kembali dan yang satu akan menetap. Ia akan diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Keluarga dan hartanya akan kembali dan tinggallah amal perbuatannya.
HR. Muslim

Kekayaan memang diperlukan bagi perlengkapan hidup manusia, dia hanya sarana bukan tujuan, kadangkala dengan kekayaan semuanya bisa berubah, inilah yang membuat nabi Muhammad mengingatkan kepada sahabatnya.

Hadis riwayat Amru bin Auf ra., ia berkata:
Bahwa Rosululloh mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ke Bahrain untuk memungut jizyahnya (upeti), karena Rosululloh telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Bahrain dan mengangkat Alaa' bin Hadhrami sebagai gubernurnya.
Kemudian Abu Ubaidah kembali dengan membawa harta dari Bahrain.
Orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu Ubaidah lalu melaksanakan salat subuh bersama Rosululloh.
Setelah salat, beliau beranjak lalu mereka menghalanginya.
Ketika melihat mereka beliau tersenyum dan bersabda: Aku tahu kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain dengan membawa harta upeti.
Mereka berkata: Benar, wahai Rosululloh.
Beliau bersabda: Bergembiralah dan berharaplah agar mendapatkan sesuatu yang menyenangkan kamu sekalian.
Demi ALLOH, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.
HR. Muslim

Islam menekankan setiap Muslim agar menjemput rizqi dengan menggunakan semua potensi dan kekuatan yang dimilikinya.
Yang pasti, dua kebaikan perlu diperhatikan:
Pertama, rizqi yang didapatkan adalah yang baik..

ALLOH SWT berfirman:
“Hai, orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizqi yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian”
QS Al-Baqarah (2)/172

Seorang Muslim harus mengonsumsi makanan yang baik adalah yang halal dan bersih, halal maksudnya adalah tidak mengandung kedurhakaan terhadap ALLOH SWT.
Bersih bermakna tidak mengandung perkara yang melupakan ALLOH.
Sedangkan, lurus berarti rizqi tersebut mampu menahan nafsu dan memelihara akal.
Kedua, untuk mendapatkan rizqi yang baik, hendaknya proses yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang baik pula.
Islam melarang segala bentuk upaya mendapatkan rizqi dengan cara-cara yang dzolim, riba, judi, penipuan (gharar), suap (risywah), dan maksiat.

Islam menekankan betapa pentingnya rizqi yang halal, karena setiap asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhinya, baik secara fisik, emosional, psikologis, spiritual.
Rizqi yang halal menghadirkan ketenangan jiwa, hidup akan lebih terarah dan menjadikan pintu-pintu keberkahan terbuka semakin lebar.
Selain itu, rizqi yang halal merupakan syarat diterimanya setiap do'a oleh ALLOH SWT.
Rizqi yang halal akan menciptakan tatanan kehidupan mayarakat dan bangsa yang kuat.

Ketika hamba meneladani sifat ALLOH,Al-Mughni, dirinya akan selalu membantu kesulitan orang lain yang membutuhkan bantuan.
Dirinya berusaha mencukupi kebutuhan orang-orang yang lemah dan termarjinalkan.
Dirinya a juga membuka berbagai kesempatan lapangan kerja bagi orang lain, agar mereka mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
Dirinya selalu berbagi nikmat yang diperolehnya dari ALLOH.
Dirinya memberi dan berbagi bukan karena kepentingan duniawi.
Semua dilakukannya sebagai bentuk syukur terhadap nikmat yang didapatkan dari-Nya.

Jumat, 09 November 2018

AL-GHONI - Yang Maha Kaya


ALLOH SWT berfirman:

هٰۤاَنْـتُمْ هٰۤؤُلَآ ءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ   ۚ  فَمِنْكُمْ مَّنْ يَّبْخَلُ    ۚ  وَمَنْ يَّبْخَلْ فَاِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَّـفْسِهٖ   ۗ  وَاللّٰهُ الْغَنِيُّ وَاَنْـتُمُ الْفُقَرَآءُ  ۚ  وَاِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَـبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ  ۙ   ثُمَّ لَا يَكُوْنُوْۤا اَمْثَالَـكُم

"........... Dan ALLOH-lah Maha Kaya kamulah orang-orang yang membutuhkan-Nya"
Qs. Muhammad (47)/38

Al-Ghoni maknanya, bahwa ALLOH SWT yang memiliki kecukupan yang sempurna dan mutlak dari segala sisinya.
Kecukupan-Nya sama sekali tidak ternodai oleh sifat miskin dan membutuhkan.
Sifat kecukupan dan kekayaan-Nya tidak mungkin lepas dari-Nya, karena sifat ini adalah konsekuensi dari Dzat-Nya, dan sifat yang terkait dengan Dzat-Nya tidak mungkin hilang.

Di antara kecukupan-Nya sehingga tidak membutuhkan kepada makhluk-Nya, bahwa ALLOH SWT tidak menjadikan bagi diri-Nya istri ataupun anak.

ALLOH SWT berfirman:
”(orang-orang yahudi dan nasrani) berkata: ”ALLOH mempunyai anak.”
Maha Suci ALLOH; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di Langit dan apa yang di Bumi….”
QS. Yunus (10)/68

Tiada serikat bagi-Nya dalam kerajaan-Nya, tidak pula memerlukan penolong karena terhina, karena Dia Maha Kaya, Maha Cukup, Maha Tidak Membutuhkan, yang telah sempurna segala sifat-sifat-Nya.
Bahkan Dia pula yang Mencukupi segala makhluk-Nya.
Di antara kesempurnaan kekayaan-Nya, serta keluasan pemberian-Nya adalah apa yang Ia hamparkan untuk penghuni istana kemuliaan-Nya di Surga, berupa kenikmatan, kelezatan yang terus-menerus, kebaikan yang berkesinambungan, serta nikmat-nikmat yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah tebersit dalam kalbu manusia.

Di antara luasnya kekayaan-Nya, bahwa perbendaharaan Langit dan Bumi semuanya berada di tangan-Nya, ALLOH SWT salurkan darinya sekehendak-Nya dan bahwa pemberian nikmat-Nya senantiasa berkesinambungan terus mengalir, tidak terputus walau sesaat sebagaimana tersebut dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya tangan kanan ALLOH SWT  penuh, selalu memberi, malam dan siang, tidak menguranginya pemberian apa pun.
Tidakkah engkau mengetahui apa yang ALLOH SWT berikan sejak Dia ciptakan langit-langit dan bumi?
Sungguh, itu tidak mengurangi sedikit pun apa yang ada di tangan-Nya.”
HR. Al Bukhari-Muslim

Di antara kesempurnaan kekayaan dan kemurahan-Nya, ALLOH SWT bentangkan tangan-Nya untuk mengijabahi doa doa bagi mereka yang berdoa, ALLOH SWT penuhi kebutuhannya, ALLOH SWT angkat kesulitannya, tidak pernah kesal dengan rengekan makhluk-makhluk yang meminta. Bahkan, ALLOH SWT murka kepada siapa yang tidak meminta kepada-Nya.
Dia berikan kepada hamba-Nya apa yang mereka minta dan yang tidak mereka minta.

 Dalam hadits Qudsi, ALLOH SWT berfirman:
“Wahai hamba-Ku, andai yang pertama hingga yang terakhir di antara kalian, bangsa manusia dan bangsa jin dari kalian, mereka berdiri pada satu hamparan lalu semuanya berdoa dan meminta kepada-Ku lalu Ku-kabulkan permintaan masing-masing, hal itu tidak mengurangi dari apa yang di sisi-Ku kecuali seperti jarum yang dicelupkan ke dalam lautan.”
HR. Muslim

Betapa bahagianya kita, saat ALLOH SWT  memberikan kepada kita taufik-Nya untuk hanya beribadah kepada-Nya, karena sesembahan kita Maha Kaya, takkan merugi seseorang yang Tuhannya Maha Kaya.

Hal ini membuat kita sebagai hamba-Nya tidak berputus asa dalam meminta dan berdoa.
ALLOH SWT bahkan memerintahkan kita untuk meminta-Nya dan menjanjikan untuk mengijabahinya, baik permintaan duniawi maupun ukhrawi.
Saat kita bersalah lalu meminta ampunan-Nya, dengan kemurahan-Nya, Dia akan memberikan maaf-Nya.

Saat kita terdesak kebutuhan, Dialah tujuan kita dalam meminta, niscaya Dia akan berikan.
Dia tidak meminta sesuatu kepada kita berupa imbalan apa pun, hanya saja merupakan kewajiban kita untuk menunaikan hak-Nya, dengan beribadah hanya kepada-Nya.
Namun, perlu diingat, tentu tidak semua doa akan dikabulkan oleh ALLOH SWT.

Hanya doa-doa yang baik dan terpenuhi syaratnya serta selamat dari segala penghalang terkabulnya.
Terkadang ALLOH SWT mengabulkannya nanti di Akhirat, atau dengan menghindarkan kejelekan yang senilai dengan apa yang dia minta.

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada ALLOH; dan ALLOH Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”
QS. Fâthir (35)/15

ALLOH adalah pemilik Langit dan Bumi beserta seluruh isinya.
ALLOH juga Maha Pemberi Kekayaan.
Sesungguhnya tidak ada manusia yang kaya, karena semua harta yang ada pada mereka sekedar titipan dari ALLOH selama mereka masih hidup.
Manusia ibarat tukang parkir, semua kendaraan itu punya sang empunya.
Begitu pemiliknya membawa pergi, harus ikhlas menerimanya.

ALLOH SWT berfirman:
"Dan Robb-mu Maha Kaya yang mempunyai sifat Kasih Sayang"
Qs. Al-An'am (6)/133

Seorang hamba, sangat membutuhkan untuk beribadah kepada ALLOH agar mendapatkan ridho dan kasih sayang-Nya, sedangkan ALLOH Maha Kaya, tidak membutuhkan segala ibadah makhluk-Nya.

Dengan mengenal sifat Al-Ghoniy ini, kita hendaknya, bersikap tawadhu' (rendah hati), mengindari kesombongan apalagi durhaka kepada ALLOH, karena sesungguhnya ALLOH Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah serta ketaatan makhluk-Nya.
Selalu bersyukur kepada ALLOH, karena sesungguhnya Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhan makhluk.

Menjauhkan dari sikap memohon kepada selain ALLOH, karena hamya ALLOH yang sanggup memenuhi kebutuhan makhluk-Nya, menjadikan penuh pengharapan kepada-Nya.
Bersikap semakin bergantung dan bertawakal kepada ALLOH, sebab menyakini bahwa hanya ALLOH Yang Maha Kaya.

Semoga ALLOH memberi taufiq kepada kita semua sehingga menjadi hamba yang bersyukur.

Senin, 05 November 2018

AL JAMI' - Yang Maha Mengumpulkan



ALLOH SWT berfirman:

رَبَّنَاۤ اِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيْهِ ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يُخْلِفُ  الْمِيْعَادَ

“Ya Robb kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tidak ada keraguan padanya.
Sesungguhnya ALLOH tidak menyalahi janji.”
QS. Ali Imran (3)/9

ALLOH Al-Jami’ adalah
Yang Maha Mengumpulkan apa yang dikehendaki-Nya kapanpun ALLOH SWT kehendaki.
Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, diantaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, mengumpulkan manusia di Dunia ini dan mengumpulkannya di Padang Mahsyar pada hari kiamat.
ALLOH akan mengumpulkan kita nanti pada Hari Akhir, ALLOH SWT akan menghimpun manusia di akhirat kelak dengan orang orang yang satu golongan di Dunia.

Hal ini bisa dijadikan sebagai barometer, dengan siapa kita berkumpul di Dunia, itulah yang akan menjadi teman kita di Akhirat.
Walaupun kita berjauhan secara fisik, akan tetapi hati kita terhimpun, di Akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan yang sehati.
Begitupun sebaliknya walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jauh, maka kita juga tidak akan berkumpul dengan yang tidak sehati.

Oleh sebab itu, apabila di Dunia hati kita terhimpun dengan orang orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, di Akhirat kelak kita akan berkumpul dengan mereka di dalam Neraka.
Karena orang-orang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya, tempatnya adalah di Neraka.
Begitupun sebaliknya, apabila kecenderungan hati kita terhimpun dengan orang-orang yang beriman, bertaqwa dan orang-orang sholeh, di Akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka di dalam Surga.

Tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya terhimpun dengan orang orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun dengan orang-orang beriman.

ALLOH SWT mengumpulkan segala sesuatu yang dikehendakinya itu,  menandakan bahwa ALLOH adalah Dzat yang sangat luar biasa, yang tidak ada tandingannya.
Ini merupakan salah satu bukti bahwa kekuasaan ALLOH SWT adalah mutlak.

ALLOH Al-Jami’, mengumpulkan isi alam semesta ini yang berupa ruang angkasa, galaksi, gugusan bintang, semua yang ada di Bumi berupa: lautan, tumbuhan, hewan dengan tertib dan rapi,  dikelompokkan dalam derajat, ukuran dan spesiesnya masing masing.

Manusia dikelompokkan dalam komunitas suku-suku dan bangsa-bangsa tertentu.
ALLOH SWT mengumpulkan jin-jin,  dan para malaikat sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
ALLOH juga mengumpulkan tulang, urat, keringat, darah, otot, dan organ-organ lainnya hingga terhimpun menjadi makhluk yang sempurna seperti manusia.

Mari kita perhatikan sistem tata surya, adakah sesuatu yang mampu mengumpulkan matahari, planet, meteor, asteroid, dan benda langit lainnya menjadi satu kesatuan sistem yang harmonis?
Kemudian coba kita perhatikan kehidupan di dalam laut.
Di dalam laut hidup berbagai jenis makhluk yang ALLOH kumpulkan menjadi sebuah ekosistem laut yang saling ketergantungan, saling berhubungan dan saling membutuhkan.

Pelajaran yang berharga untuk kita sebagai kholifah ALLOH dapat kita ambil dari sifat al-Jami’-lah yang ALLOH tunjukkan dalam rantai makanan dan ekosistem di Dunia ini.

Ukhuwah Islamiyyah merupakan sikap pribadi yang diajarkan Nabi Muhammad saw kepada ummatnya dalam rangka menjaga kehidupan yang harmonis antar sesama muslim.

ALLOH SWT berfirman:
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) ALLOH, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat ALLOH kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka ALLOH mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat ALLOH, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang Neraka, lalu ALLOH menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah ALLOH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk’
QS. Ali Imran (3)/103

Ayat di atas mengandung pesan kepada kita agar berpegang teguh pada dienulloh, artinya menjaga kesucian dien Islam, dan menjauhkan diri dari faham yang menyesatkan.
Agar kita bersatu, jangan bercerai berai, walau pun berbeda suku, golongan tapi ukhuwah tetap harus dijaga.
Bahwa persaudaraan merupakan nikmat ALLOH selain nikmat ALLOH yang  lainnya.
Sedang permusuhan yang tidak berdasarkan kepada petunjuk-Nya merupakan tindakan yang dilaknat ALLOH.

Jagalah persatuan dan kesatuan sistem kehidupan, bertanggung-jawablah pada tugas dan fungsi kita masing-masing.
Jangan merasa diri yang paling baik atau paling benar, jika tidak ada dasar Qur'an dan Sunnah rosul-Nya, karena hanya ALLOH SWT yang dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah.

ALLOH SWT telah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan fasik setelah beriman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang dzolim.
QS Al-Hujuraat (49)/11

Manusia sebagai kholifah, wakil yang dipercaya ALLOH untuk mengatur kehidupan di Dunia ini dengan aturan ALLOH, harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan sehari hari.
Kita harus menjadi katalisator untuk terbentuknya persatuan dan kesatuan manusia dengan mahkluk-makhluk ALLOH yang lainnya hingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang harmonis dan saling membutuhkan.

Sebagai kholifah ALLOH Al-Jami’, marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di Dunia ini, baik didalam keluarga kecil hingga dalam keluarga besar agar menjadi sebuah kehidupan yang harmonis dan indah.

Kisah Hikmah



Alkisah....
Salah seorang raja menjatuhkan hukuman mati terhadap
seorang tukang kayu yang tidak jelas kesalahannya apa...
Berita tentang keputusan itu bocor kepada si tukang kayu sebelum pengumuman resmi keluar....
Akibatnya ia tidak bisa memejamkan mata untuk tidur di malam itu...
Istrinya menasehati:
Tidurlah di malam ini seperti malam-malam sebelumnya.
ALLOH itu hanya satu, sementara pintu keluar dari suatu masalah sangat lah banyak".

Kalimat yang menentramkan itu, tepat masuk ke dalam hatinya hingga ia bisa menenangkan diri dan ia pun bisa tidur di malam itu.
Dia baru terbangun di subuh hari, pagi pagi ketika pintu rumahnya diketuk oleh beberapa orang prajurit, wajahnya langsung menjadi pucat.
Dia melihat kepada istrinya dengan pandangan putus asa, menyesal, dan sedih karena telah mempercayai kata katanya semalam.
Dia membuka pintu dengan kedua
tangan menggigil, dia ulurkan tangannya ke arah pengawal supaya diikat.
Para pengawal yang datang itu justru berkata kepadanya dengan penuh keheranan:
"Raja sudah wafat, untuk itu kami meminta kamu untuk membuatkan sebuah peti mati untuk baginda".

Waktu itu juga wajahnya berubah menjadi ceria, kemudian ia melemparkan pandangan tanda mohon maaf ke arah istrinya, dan istrinyapun tersenyum...

kadangkala seorang hamba sampai letih memikirkan akibat dari usaha-usahanya, "jangan jangan berbuah negatif.."
sementara ALLOH yang memiliki semua rencana dan aturan kadang dilupakan..

Begitu mudah mengatakan kalimat tawakkal, namun begitu susah mempraktikkannya.
Siapa yang merasa hebat karena jabatan, hendaklah ia mengingat Fir'aun...
Siapa yang merasa hebat karena harta, hendaklah ia mengingat Qarun...
Siapa yang merasa hebat karena keturunan, hendaklah ia mengingat Abu Lahab..
Kehebatan, kekuasaan dan kemuliaan hanya milik ALLOH satu-satunya.
Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia cabut dari siapa yang Dia kehendaki juga.

Allohh SWT berfirman:

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ  وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ  ۗ  بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ  اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Katakanlah (Muhammad), Wahai Ilah Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki.
Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."
QS. Ali 'Imran (3)/26

Jangan hukum masa depan kita dengan kondisi hari ini, ALLOH Maha Kuasa untuk merubahnya dalam waktu sekejap..
Wilayah kita hanyalah berusaha terus dengan tawakkal 'alalloh disertai iringan do'a....

Semoga hari hari yang kita lalui dipenuhi keberkahan dari ALLOH SWT.
Amien ya Robbal alamien...

Minggu, 04 November 2018

AL MUQSITH - Yang Maha Adil


ALLOH SWT berfirman:

اِلَيْهِ  مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا  ۗ  وَعْدَ اللّٰهِ حَقًّا  ۗ  اِنَّهٗ يَـبْدَؤُا الْخَـلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ  لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ بِالْقِسْطِ ۗ  وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا  لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيْمٍ وَّعَذَابٌ اَلِيْمٌۢ بِمَا كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ

"Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali.
Itu merupakan janji ALLOH yang benar dan pasti.
Sesungguhnya Dia-lah yang memulai penciptaan makhluk kemudian mengulanginya (menghidupkannya kembali setelah berbangkit), agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dengan adil.
Sedangkan untuk orang-orang kafir (disediakan) minuman air yang mendidih dan siksaan yang pedih karena kekafiran mereka."
QS. Yunus (10)/4

ALLOH Al-Muqsith, ALLOH Yang Maha Adil dalam segala ketetapan dan keputusan-Nya, baik ketetapan yang berkaitan dengan hukum di Dunia berupa ketentuan syariat, atau yang berkaitan dengan keputusan ALLOH kelak di hari Peradilan.
Dia-lah Yang Maha Adil, tidak ada seorangpun yang mampu menyamai atau mengalahkan keadilan-Nya.
Dia Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijak, menetapkan hukum syariat dengan penuh keadilan, dan memerintahkan para utusan-Nya dan pengikutnya untuk menegakkan keadilan.

ALLOH Yang Maha Adil memberikan kekayaan kepada sebagian orang dan kemiskinan kepada sebagian orang dan memberikan kelemahan kepada sebagian yang lain; memberikan keberanian kepada sebagian orang, dan memberikan rasa takut kepada orang lain.

ALLOH SWT berfirman:
”Sesungguhnya Kami telah mengutus rosul-rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya ALLOH mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal ALLOH tidak dilihatnya.
Sesungguhnya ALLOH Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
QS. Al- Hadîd (57)/25

Keadilan ALLOH juga tampak dalam penetapan hukuman bagi orang-orang yang durhaka.
Dengan sifat Al Muqsith, ALLOH memutuskan perkara secara adil sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
ALLOH memperlakukan hamba-hamba-Nya secara adil dalam semua keputusan dan ketetapan-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
...jika golongan itu telah kembali (kepada perintah ALLOH) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil.
Sungguh, ALLOH mencintai orang-orang yang berlaku adil.
Q.S. Al Hujurat (49)/9

Orang yang mengerjakan perbuatan jahat sekecil apa pun akan dibalas dengan adil oleh ALLOH.
Orang yang berbuat baik sekecil apapun juga akan diberi pahala kebaikan oleh ALLOH.

 ALLOH SWT berfirman:
”…Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya ALLOH menyukai orang- orang yang adil.”
QS. Al-Mâ’idah (5)/42

Ayat lain menegaskan perintah untuk berbuat adil kepada siapapun.

ALLOH SWT berfirman:
”Hai orang-orang yang ber-iman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLOH, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada ALLOH, sesungguhnya ALLOH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Al-Mâ’idah (5)/8

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Muqsith, dituntut untuk berbuat adil dalam segala hal.
Adil tidaklah harus sama, adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional, baik dalam perkara yang berkaitan dengan keluarga maupun orang lain.
Kebencian orang terhadap kita, janganlah mencegah kita untuk tetap berbuat adil terhadapnya.
Kita tetap dituntut untuk dapat menyelesaikan atau memutuskan perkara yang disengketakan secara adil, meridhokan semua pihak, dan tidak memihak.

Sebagai contoh adalah kejadian tentang perselisihan hukum yang terjadi antara seorang Kholifah, Ali bin Abi Tholib, dengan seorang Yahudi.
Pada akhirnya, hakim memberikan kemenangan kepada orang Yahudi tersebut, karena Ali bin Abi Tholib tidak mampu menghadirkan saksi atas klaimnya.
Kondisi semacam itu tentu berseberangan dengan apa yang terjadi dewasa ini.
Hampir bisa dipastikan, bila seorang pejabat tinggi atau kerabatnya memunyai masalah hukum, tentu ia akan dimenangkan dalam perkaranya, atau paling tidak diringankan hukumannya.

Akhlak kita terhadap sifat Al Muqsith:
1. Selalu berbuat adil, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, termasuk makhluk di sekitar kita.
2. Tidak berlaku dzolim, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, termasuk makhluk di sekitar kita.
3. Beramal Sholeh yang banyak supaya ALLOH memberikan balasan terbaik di Dunia dan di Akhirat.
4. Selalu berhati-hati dalam berkata, bersikap dan berbuat karena semua akan ada balasannya.

ALLOH Yang Maha Adil terhadap segala keputusan kepada  makhluk-Nya, tidak ada makhluk yang dirugikan dengan keputusan dan ketetapan ALLOH.

ALLOH SWT berfirman:
”ALLOH menyatakan bahwasanya tidak ada sembahan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada sembahan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
QS. Ali Imran (3)/18.

Jumat, 02 November 2018

Kisah Hikmah


Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal dikunjungi seorang wanita yang ingin bertanya:
“wahai lmam, saya adalah seorang perempuan yang sudah lama ditinggal mati suami.
Saya ini sangat miskin, sehingga untuk membesarkan anak-anak, saya memintal benang di malam hari, sementara siangnya saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan bekerja sebagai sebagai buruh kasar.”
“Karena saya tidak mampu membeli lampu, maka pekerjaan memintal benang itu saya lakukan apabila  bulan terang.”

Imam Ahmad mendengar dengan serius percakapan perempuan tadi, perasaannya tersentuh mendengar ceritanya yang menyayat hati.

Beliau yang memiliki kekayaan lagi dermawan sebenarnya telah tergerak hati untuk memberi bantuan sedekah kepada wanita itu, namun ia tangguhkan dahulu hasratnya karena ingin mendengar semua ucapan si ibu tadi.
Si ibu pun meneruskan ceritanya:
“Pada suatu hari, ada satu rombongan kerajaan telah berkemah di depan rumah saya.
Mereka menyalakan lampu dalam tenda yang amat banyak sehingga sinarnya terang benderang.
Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera memintal benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.
Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?
Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?
Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu itu adalah uang rakyat.”

Imam Ahmad takjub dengan kemuliaan jiwa wanita itu.
Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang rusak akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin lagi fakir.

Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad bertanya:
“Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.
Imam Ahmad makin terkejut.
Basyar Al-Hafi adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya.

Rupanya, jabatannya yang tinggi tidak disalah gunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya.
Sehingga adik kandungnya sendiri pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad berkata:
“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk mengumpul kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menyalahgunakan uang negara serta menyusahkan rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau.
lbu, sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari celahan jilbabmu jauh lebih mulia jika dibanding dengan berlapis-lapis sorban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.”

Imam Ahmad melanjutkan:
“Subhanalloh, sungguh mulianya engkau, hasil sulaman itu engkau haramkan?Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara…”

Imam Ahmad begitu terharu mengucapkan kalimatnya:
“Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu.
Silakan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau."

Diriwayatkan dari sahabat Abu Bakr Ash-Shiddiq  ra. dari
 Rosululloh saw beliau bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ

“Tidak akan masuk ke dalam Surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.”

Sumber kisah : kitab Shahih At-Targhib 2/150, no. 1730.

Kamis, 01 November 2018

Asmaul Husna (Al Qodir - Yang Menetapkan Ukuran)



ALLOH SWT berfirman:

الَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَّلَمْ يَكُنْ لَّهٗ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهٗ تَقْدِيْرًا

"Yang memiliki kerajaan Langit dan Bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat."
QS. Al-Furqan (25)/2

ALLOH menetapkan segala ukuran kejadian yang diciptakannya sesuai dengan sunnatullah atau hukum alam, semuanya harus tunduk kepada ketentuan dari Kholiq yang menciptakan alam raya ini, karena memang di Dunia ini selain ALLOH adalah makhluk artinya yang diciptakan, termasuk didalamnya adalah manusia, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya.
ALLOH juga menciptakan makhluk lainnya seperti jin dan malaikat dengan kejadian yang berbeda dan watak yang tidak sama pula, sehingga beragamlah makhluk ALLOH tersebut.
Dengan memperhatikan kejadian seluruh makhluk membuat kita semakin yakin bila ALLOH itu Maha Perkasa.

Semua yang diciptakan ALLOH tertata dengan rapi sesuai dengan ukurannya, bagaimana siang tidak pernah melampau malam dan malam tidak menabrak siang, angin berhembus sepoi-sepoi hingga menimbulkan sejuknya suasana, dikala sampai pada waktunya sang angin akan bertiup kencang, badai menghempaskan segala yang ada dan pada saatnya kembali tenang, hujan yang diawali dengan kumpulan awan sehingga menebal membentuk mendung semakin lama semakin berat, turunlah rintik hujan dengan gerimisnya sampai kepada hujan yang lebat bahkan dapat membawa banjir dan bah yang mencelakakan kehidupan manusia sekitarnya.

ALLOH SWT Maha Kuasa, Ia menciptakan alam semesta semuanya tidak menggunakan alat atau perkakas.
Bila akan menjadikan sesuatu, cukuplah dengan kalimat “Kun” jadilah, lalu terjadilah.

ALLOH SWT berfirman:
”Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.”
QS. Yasin (36)/82

Jadi jelaslah yang mengatur semua kejadian alam, makhluk, manusia, binatang, matahari, bulan dan bintang, hidup dan mati adalah ALLOH SWT.

ALLOH SWT berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan Langit dan Bumi, silih bergantinya malam dan siang, yang berlayar di Laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang ALLOH turunkan dari Langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan Bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di Bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara Langit dan Bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran ALLOH) bagikaum yang memikirkan”.
QS. Al Baqarah (2)/164

Berfikir atas peristiwa alam yang terjadi sehari-hari akan membangkitkan kesadaran yang tinggi, bagaimana Langit dan Bumi diciptakan serta rintik hujan sampai ke tanah yang dapat menyuburkan tanaman.

Di angkasa raya dengan kebesaran pencipta-Nya bintang-bintang bertaburan bagai butiran pasir di seluruh pesisir pantai memberi warna indahnya di Langit, pergantian musim dan cuaca, gumpalan awan yang membawa hujan dan sungai yang mengaliri air.

ALLOH SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi Langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.."
QS. Ash Shaffat (37)/6

Kebesaran ALLOH tidak ditemui tandingannya dan hal ini diakui dengan kerendahan hati oleh orang-orang yang beriman yang mau mengetuk hatinya untuk membaca segala peristiwa dari alam ini, sejak dari biji yang tak berdaya, tumbuhan, hewan dan manusia yang dihidupkan serta dimatikan dengan kekuasaan-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
”Sesungguhnya ALLOH menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan.
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup.
(Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah ALLOH, maka mengapa kamu masih berpaling?”
QS. Al An’am (6)/95

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ciptaan ALLOH, lautan dengan segala kekayaannya, binatang serangga dengan berbagai jenisnya, tumbuh-tumbuhan dengan corak warnanya sampai kepada diri manusia itu sendiri.

ALLOH SWT berfirman:
“Dan pada penciptakan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka Bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan ALLOH) untuk kaum yang meyakini”.
QS. Al Jatsiyah (45)/4

Bagaimana awal mula diciptakan manusia yang berasal dari air mani dengan segala proses kejadiannya.

ALLOH SWT berfirman:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina”.
QS. As Sajdah (32)/7-8

Semua ciptaan ALLOH itu telah ditentukan kadar dan ukurannya sesuai dengan jenis makhluk yang diciptakan itu, setiap kandungan seorang ibu sesuai dengan kadar dan ukurannya itu akan lahir seorang bayi, selama hidup di Dunia dalam batas waktunya kelak akan tua dan  meninggal dunia, selama proses tertentu pula awan yang mengandung air akan turun hujan untuk kehidupan dan penghidupan penghuni bumi, bahkan bakteri yang masuk ke tubuh manusia, pada waktu dan ukuran tertentu akan menjadi penyakit yang mencelakakan manusia bila tidak ditanggulangi dengan pengobatan yang intensif.

ALLOH SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”
QS. Al Qomar (54)/49

Air dimanapun telah ditentukan ukurannya oleh ALLOH akan mengalir dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah, api akan membakar karena memang demikian ukurannya, besi adalah benda keras yang sulit untuk ditembus oleh kekuatan manusia sedang busa akan mengapung di air karena ringannya dan itu sudah keputusan yang ditentukan oleh ALLOH sesuai dengan ukuran untuk benda-benda itu.

Dengan tanpa perhitungan ALLOH mencurahkan nikmat-Nya kepada manusia sehingga manusia dapat hidup tentram dan damai dengan segala fasilitas yang disediakan.
Segala kebutuhan dan sarana hidup telah disediakan ALLOH untuk digali, diolah, dijaga dan dilestarikan sebagai amanat dari ALLOH, sejak dari hutan yang lebat lagi subur yang dapat menampung air sebagai persediaan di musim kemarau, minyak yang terpendam di dalam Bumi sebagai harta yang tak ternilai jumlah dan harganya sampai kepada lautan yang penuh dengan segala keperluan hidup manusia, semua itu untuk manusia.

ALLOH SWT berfirman:
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan bani Adam dan telah Kami berikan ia kendaraan di Darat dan di Lautan dan telah Kami berikan rizqi yang baik-baik, dan telah Kami lebihkan ia dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan yang sebenar-benarnya dilebihkan”.
QS. Al Isra’ (17)/70

Semua fasilitas tersebut bila tidak dijaga dan dipelihara oleh manusia maka kecelakaan, kesusahan dan malapetaka akan turun, hal ini terjadi karena ulah kelengahan manusia dan kejahilannya.

ALLOH SWT berfirman:
”Telah hadir kerusakan di Bumi dan di Laut dengan sebab tangan manusia, yang akhirnya ALLOH rasakan kepada mereka ganjaran dari sebagian yang mereka kerjakan, supaya mereka mau kembali kepada jalan Tuhan”
QS. Ar Rum (30)/41

Hidup akan tentram dan damai, bila memperoleh jaminan dari ALLOH sebagai penguasa alam semesta, sehingga tidak ada rasa takut dalam memelihara sarana kehidupan ini.
Sangatlah sia-sia bila manusia terlepas dari jaminan ALLOH walaupun nikmat ALLOH masih diterima tetapi diiringi oleh turunnya murka dan laknat ALLOH.
Sedangkan orang yang berada dalam jaminan penguasa atau raja saja hidupnya merasa enak, apalagi di bawah lindungan dan jaminan ALLOH.


 
Copyright © 2013 Belajar Takwa
Design by FBTemplates | BTT