Indahnya Saling Nasehat-Menasehati

Indahnya Saling Nasehat-Menasehati
BREAKING

Jumat, 23 Maret 2018

Nasehat Sayidina Ali bin Abi Thalib



Sayidina Ali bin Abu Thalib rodiyallohu anhu, memberi nasehat..

_Akal adalah raja sedangkan tabiat adalah rakyatnya, jika lemah akal untuk mengatur tabiat maka akan timbul kecacatan padanya._

_Orang yang bijak itu adalah mereka yang membalas kejahatan dengan kebaikan._
_Orang yang bijak adalah mereka yang paling mulia jiwanya di antara manusia._

_Sesungguhnya kebenaran itu berat dan sehat, sedangkan kebathilan itu ringan dan berpenyakit._
_Tidaklah seseorang bersimpuh di hadapan Al-Quran, melainkan ia mendapatkan tambahan dan pengurangan, Tambahan ke dalam petunjuk dan pengurangan dari kebutaan._
_Ketahuilah tiada seseorang yang akan merasakan kekurangan jika bersama Al-Quran dan tidak akan ada yang merasa berkecukupan dari selain Al-Quran._

_Makanan pokok tubuh adalah makanan yang biasa engkau makan, sedangkan makanan pokok akal adalah hikmah, maka kapan saja salah satu dari dua makanan pokok itu hilang akan binasa.._
_Manusia yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang menghidupkan akalnya dan mematikan syahwatnya serta melelahkan dirinya untuk kebaikan akhiratnya._

_Baik-baiklah kalian dalam menyertai setiap kenikmatan karena ia akan hilang, dan ia akan bersaksi terhadap orang yang memperoleh kenikmatan itu atas apa yang ia lakukan terhadapnya._

_Janganlah kamu bangga dengan harta dan kelapangan, dan janganlah kamu bersedih dengan kefakiran dan cobaan, karena emas diuji dengan api, dan mukmin diuji dengan cobaan._

_Meninggalkan dosa jauh lebih mudah daripada melakukan taubat.
Merupakan kafarat bagi dosa-dosa besar adalah menolong orang yang teraniaya dan menghibur orang yang dirundung kesedihan._

_Sehatnya badan karena sedikitnya dengki, dan kedengkian itu diwariskan sebagaimana diwariskannya harta._
_Jadilah manusia yang baik dalam pandangan Alloh_
_Jadilah manusia yang buruk dalam pandangan sendiri._
_Jadilah manusia yang biasa dalam pandangan orang lain._

_Tidak dapat dikatakan sedikit sebuah perbuatan seseorang yang disertai dengan ketakwaan kepada-Nya, bagaimana itu dikatakan sedikit sedangkan ia telah diterima oleh-Nya._

_Jika tanganmu tidak mampu membalas suatu kebaikan maka perbanyaklah lisanmu dengan ucapan terimakasih._

_Nasehati temanmu dengan perilaku yang baik terhadapnya, dan jauhkan kejahatannya dengan berbuat baik kepadanya._

_Sesungguhnya diam adalah sebuah pintu di antara pintu hikmah._

_Tawa seseorang yang sadar akan dosanya adalah lebih baik ketimbang tangis seseorang yang merasa telah memberikan keuntungan kepada Tuhannya._

_Murah senyum itu bukti kasih, sabar itu kuburan aib._

_Sabar itu lebih pahit daripada racun._

_Hati yang kosong dari ketaqwaan akan dipenuhi dengan fitnah-fitnah dunia._

_Pengetahuan yang terakhir dari seseorang adalah mengenal dirinya._

Semoga memberi manfaat Untuk diri kita menjadi lebih baik dihadapan ALLOH subhanahu wa ta'ala...

Amien ya robbal alamien

Minggu, 11 Maret 2018

Didikan yang mengagumkan



Ketika Tahu Anaknya Mencuri Barang, Ibu Ini Hanya Melontarkan "4 Pertanyaan Sederhana", Namun "Hasil Didikannya" Berhasil Membuat Semua Orang Kagum!

Hari itu langkahku terhenti ketika tak sengaja mendengar percakapan seorang ibu yang sedang mengajari anaknya di pinggir jalan.

"Mama minum yakult kamu sampai habis semua, kamu sedih nggak?"

"Sedih!" Jawab sang anak berlinang air mata.

"Kamu ambil tisu toilet di McD sampai habis, kalau nanti manager restonrannya nyalahin kakak yang bersihin toilet sampai gajinya dipotong, kakak yang bersihin toilet sedih gak?"

"Sedih!" Jawab sang anak sambil menunduk tak berani melihat mata ibunya.

"Mama harusnya minta ijin dulu sebelum habisiin yakult punyamu, mama minta maaf, ini mama beliin lagi satu boltol yakult baru. Tapi kakak pembersih toilet di McD nasipnya gimana dong?"

"Aku gak tau harus gimana ma..." ujar sang anak ambil memainkan baju.

"Coba kamu pikir dulu, mama percaya kamu pasti tahu."

Setelah berpikir keras selama beberapa saat, akhirnya anak itu menjawab,"Aku tahu Ma! Aku akan belikan permen kesukaanku untuk mereka, gimana?"

Ibu tersebut sesaat tampak ragu, hal tersebut jelas bukan cara yang tepat untuk minta maaf. Namun demikian, ia tetap mendukung keputusan sang anak dan menemaninya membeli sekantong besar permen kemudian mengantarkan anaknya sampai ke depan pintu restoran.

"Mama tunggu kamu diluar yah, kalau permennya gak diterima gak apa-apa, nanti mama akan ganti rugi. Kamu pasti bisa!" ujar sang ibu.

Penasaran, aku mengikuti anak tersebut masuk ke dalam restoran. Ketika itu adalah jam makan siang, semua pegawai di restoran sibuk melayani para tamu yang datang. Tak peduli seberapa keras ia berusaha, suara sang anak tertelan dalam keramaian tanpa ada satu orangpun yang menyadari. Tangan kecilnya terus berusaha mengangkat satu kantung plastik besar, namun tak ada seorangpun yang menyambut. Dalam keadaan bingung, sang anak pun menangis sekencang-kencangnya. Ibu tersebut hanya melihat saja dari luar tanpa berbuat apapun.

Mendengar suara tangis yang begitu keras, manager restoran pun langsung keluar menghampiri.

"Nak, kenapa kamu menangis?" tanya manager itu dengan ramah.

"Oom, aku tadi ngambil tisu di toilet sampai habis, nih tisunya ada di tas aku semua…" ujar sang anak sesungukan sambil membuka tasnya.

Manager restoran tersebut terlihat kaget namun tak tahu harus berbuat apa.

"Sekarang aku udah tau kalo aku salah oom. Oom jangan marahin kakak yang ngebersihin toilet yah, mama bilang nanti kakak yang ngebersihin toilet sedih. Ini aku beliin satu kantong permen kesukaanku buat kakak pembersih toilet. Aku kasih ini boleh gak oom? Mama bilang ganti rugi juga gak apa-apa…" lanjut sang anak menjelaskan.

Sang manager akhirnya mengerti ketika melihat seorang wanita berdiri diluar memperhatikan mereka.

Manager ini pun berlutut dan berkata,"Baiklah, oom terima permintaan maaf kamu! Tapi gak boleh ngulangin lagi yah!"

"Makasih oom!" Ujar sang anak dengan mata berbinar-binar seakan bebannya telah lepas.

Anak itu kemudian belari menghampiri dan memeluk mamanya sambil berkata,"Ma, uang permennya nanti aku yang bayar pakai uang jajan aku yah!"

Ketika anak berbuat salah, orang tua biasanya mendidik dengan cara memarahi lalu masalah dianggap selesai. Namun sebenarnya hal tidaklah tepat! Ketika anak berbuat salah, orang tua bertugas untuk membuat anak sadar akan kesalahannya serta melatihnya untuk berani bertanggung jawab dan menyelesaikan sendiri masalahnya agar kelak ia tumbuh menjadi seseorang yang bertanggung jawab.

6 Tips mendidik anak

6 Tips Mendidik Anak yang di Contohkan Luqman Al-Hakim yang Sesuai Al-Qur’an Surah Al-Luqman Ayat 13-19

1.      Mengenalkan Tuhan Bahwa Tiada Tuhan Selain Alloh SWT

Seperti pesan Luqman terhadap anak-anaknya dalam surat Luqman ayat 13: 
“Dan (ingatlah)ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh, sesungguhnya mempersekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.

2.      Mengajarkan Berbuat Baik Kepada Orang Tua
“ Birrul Walidain”

Seperti dalam surat Luqman ayat 14:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Pada ayat ini Alloh mengisahkan pembelajaran oleh Luqman terhadap anak-anaknya tentang keutamaan berbaktinya seorang anak karena kesusahan ayah dan ibunya saat anak masih dalam kandungan, terlebih ibu yang susah yang bertambah-tambah dan kita diwajibkan bersyukur kepada Alloh dan kedua orang tua dengan berbakti kepada keduanya. Berbakti kepada orang tua termasuk meminta izin terhadap apa yang ingin kita lakukan dalam skala makro, seperti ingin menikah, bekerja, maupun pindah ke tempat baru.

3.      Ketika Orang Tua Mengajarkan Berbuat Maksiat Kepada Allah Tidak Boleh Di Ikuti Keduanya.

Adapun pada ayatnya yaitu Luqman ayat 15:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Poin yang terpenting di ayat ini adalah jika orang tua mengajak kepada kemaksiatan maka tidak boleh mengikuti, namun kita tetap berkewajiban bergaul dengan baik terhadap orang tua. Contoh terbaik untuk menggambarkan aplikasi ayat ini adalah kisah nabi Ibrahim ketika menasihati ayahnya yang pembuat patung untuk disembah oleh masyarakatnya, beliau tidak mengikuti langkah ayahnya dan tetap memberi nasihat dan berdiskusi dengan ayahnya mengenai perbuatan maksiat yang ayahnya lakukan. Mungkin kita sering bertanya, kenapa masih banyak anak yang perilakunya tidak baik,

4.      Mendidik Konsekuensi Terhadap Tingkah Laku Agar Tidak Sembarangan Dalam Melakukan Tindakan.

Dalam surat Luqman ayat 16:

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Alloh akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Alloh Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.
Dalam ayat ini terdapat konsep keimanan pada hari akhir. Dari konsep tersebut butuh dua pemahaman untuk menjalankannya dengan baik. Pertama adalah Ihsan, yaitu sikap muraqabatulloh di mana manusia itu berada, maka Alloh akan mengetahui apa yang dia lakukan maupun niat yang ada dalam hatinya. Kedua adalah tanggung jawab Ilahiyah, di mana seseorang harus bertanggung jawab akan tindakannya selama di dunia di hadapan Alloh kelak.

5.      Mengajarkan Amar Ma’ruf Nahi Mugkar Sehingga Menjadi Shalih/Sholihah

Terdapat dalam surat Luqman ayat 17:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Kewajiban ini merupakan konsep tanggung jawab secara konstitusi antara Alloh dengan hamba-Nya yang bertaqwa. Konsep pertama yaitu, seorang hamba yang bertaqwa senantiasa melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, namun melakukan ini pada zaman sekarang butuh berjamaah karena selain godaan banyak tapi juga fitnah akan deras mengalir ke orang yang melakukan nahi munkar.
Kedua adalah sabar atas keadaan yang menimpa dirinya, rasa sabar inilah yang membuat manusia semakin tegar dalam menghadapi cobaan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki.

6.      Pendidikan Akidah Akhlaq7.      Ayat 18-19 Bukan Hanya Untuk Anak Akan Tetapi Untuk Kita Semua

Terdapat dalam ayat ke 18 dan 19,

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Sikap sombong di sini adalah merendahkan orang lain dan tidak mau mendengarkan kebenaran, alangkah kasihan orang tersebut karena Alloh akan mengazabnya dengan siksa yang pedih karena yang patut sombong hanya Alloh SWT.

Orang tua pendidik utama anak


SEHEBAT APAPUN SEKOLAH, TIDAK AKAN MAMPU MENGGANTIKAN PERAN ORTU SEBAGAI PENDIDIK UTAMA BAGI ANAKNYA

Oleh: Teguh Turwanto

"Ustadz, saya ingin hafalan Qur'an anak saya bagus", kata seorang ibu yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah Khoiru Ummah. "Sudah sampai dimana hafalannya bu?", kata saya. "Sampai dimana ya? Maaf saya tidak terlalu memperhatikan, saya terlalu sibuk, ustadz", katanya sambil merasa bersalah.

Apa yang dialami ibu tersebut tentu dialami banyak orangtua saat ini. Mereka menganggap sekolah mampu menggantikan mereka sehingga menyerahkan begitu saja sepenuhnya kepada sekolah dan meninggalkan pendidikan anak dirumah

Tidak sedikit orangtua yang memasukkan anaknya ke sekolah yang elit dan mahal, menganggap keberadaan sekolah yang "profesional" tersebut mampu menjamin anaknya jadi cerdas dan sholeh, tanpa adanya usaha optimal dari orangtua dalam mendidik anaknya dirumah. Benarkah?

Mereka sepertinya lupa bahwa anak lebih dekat dengan orangtuanya dari pada yang lain, bahkan dari sejak anak di rahim ibunya. Setelah lahir, orangtuanyalah yang pertama kali ia kenal. Dan juga tidak bisa dipungkiri, ketergantungan mereka pada orangtua nya sangatlah tinggi saat ia belum mampu hidup mandiri. Anak lebih banyak hidup bersama orangtuanya dari pada yang lain.

Sehingga sangat wajar jika Islam menganggap orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi anaknya, sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam
Q.S.al-Tahrim/66:6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Alloh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Makna ayat tersebut menurut tafsir Qurtubi:
الأولى : قوله تعالى : { يابني أَقِمِ الصلاة } وصّى ابنه بعُظْم الطاعات وهي الصلاة والأمر بالمعروف والنهي عن المنكر . وهذا إنما يريد به بعد أن يمتثل ذلك هو في نفسه ويزدجر عن المنكر

Maksud tafsir di atas adalah hendaklah orang tua menasehati anaknya agar taat kepada Alloh dengan menjalankan shalat serta amar ma’ruf nahi munkar.

Rasululloh SAW bersabda:

Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam keadaan fitrah (kesucian), maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia sebagai seorang yahudi, hasrani atau majusi.” (HR. Al Bukhori)

Maka, sekolah tidak akan mampu menggantikan peran orangtua sebagai pendidik utama dan pertama bagi anaknya, kenapa? Karena perintah Alloh dalam mendidik anak dibebankan kepada orangtuanya, bukan kepada yang lain. Apalagi sekolah tidak boleh merubah fakta bahwa kasih sayang dan kedekatan antara orangtua dan anak haruslah lebih kuat sebagai bagian dari fitrah yang Alloh berikan kepada mereka.

Bagaimana peran sekolah dalam pendidikan anak? Ia berperan membantu orangtua dalam mendidik anaknya. Membantu orang lain dalam dalam hal kebaikan dan ketaqwaan adalah tugas yang mulia, sebagaimana Alloh SWT berfirman:

 وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Alloh, sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

Bagaimana agar orangtua dan sekolah sama-sama berperan optimal dalam pendidikan anak? Maka kata kuncinya adalah sinergi.

Sekolah yang hebat adalah sekolah yang mampu mengarahkan orangtua agar menjadi pendidik utama bagi anaknya dan mensinergikannya dengan pendidikan di sekolah.

Ia tidak hanya berusaha optimal mendidik anak di sekolah tapi juga selalu mengingatkan orangtua jika lalai berperan sebagai pendidik anaknya di rumah. Ia juga membimbing orangtua dalam proses pendampingan anaknya dirumah dan memastikan agar pendidikan dirumah selalu bersinergi dengan pendidikan di sekolah.

Oleh karenanya, jika orangtua dan sekolah tidak bersinergi dalam mendidik anak di tengah lingkungan yang rusak ini, maka bebannya akan menjadi lebih berat. Maka sudah semestinya agar orangtua dan sekolah selalu bersinergi dalam pendidikan anak sehingga out put pendidikan anak bisa tercapai sesuai yang diharapkan, yaitu menjadi anak yang cerdas dan sholeh sehingga kedepannya mereka bisa menjadi pemimpin harapan dan dambaan umat, sebagaimana Alloh SWT berfirman:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan Jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” {Q.S. Al-furqon:74}.

Untuk itu melalui kegiatan Pemanduan ini mari kita bersama-sama, bahu membahu memaksimalkan potensi yang ada untuk memproses anak-anak kita melalui peran orang tua dan  guru menghantarkan mereka menjadi generasi impian penerus risalah untuk menggapai Ridho Alloh.
Aamiin ya robbal aalamiin...

Karena agama bukan warisan


Kemarin siang telah bersyahadat seorang Anak bernama Yogi Setiady, usianya baru 8 tahun, duduk di kelas 2 SDN 18 Sukabangun, Ketapang.

Yogi diantar sendiri oleh Eriyanti (44) ibu kandungnya yang masih beragama kristen ke KUA Delta Pawan dengan maksud mengantar anaknya bersyahadat, syahadat dibimbing ketua KUA Kecamatan Delta Pawa Syafi’ie dan disaksikan Eka Candra Sari guru sekolahnya (telepon : 0534 3036325)

Ayah dan Ibunya telah mengikhlaskan anak tsb utk memeluk Islam, karena setiap saat terus-menerus "memaksa" Ayah dan Ibunya agar dia diijinkan masuk Islam.

Yogi rajin ke surau setiap Shalat lima waktu, belajar mengaji dan Sholat.

Ketika di tes soal ngajinya, Yogi sudah hafal surah Al Fatihah, Al Ikhlas, An Nas, Al Falaq, Ayat Kursi, do'a untuk orang tua, do'a makan, dan lain sebagainya.

Ditanya cita-citanya, dengan tegas Yogi menjawab ingin menjadi Ustadz.

Pembacaan dua kalimat syahadat yg disaksikan oleh guru sekolahnya berlangsung sempurna karena Yogi memang sudah hafal syahadat bahkan tahu dengan artinya.

Ibu Yogi menceritakan kisah Yogi:

Sejak kecil ketika baru pandai berbicara Yogi memang suka pada hal-hal terkait Islam. Misalnya ketika melihat Masjid menurutnya Yogi pasti senang dan selalu menyebut ada alaaba. “Maksudnya itu Allohu Akbar,” tuturnya.

Sedangkan ketika diajak ke gereja Yogi selalu menolak, menangis dan ngajak keluar mau pulang.

Kemudian ketika dibawanya pulang ke kampung halamannya di hulu yang banyak anjing dan babi Yogi juga tidak suka dan takut tersentuh anjing atau babi.

Bahkan ketika mereka makan daging babi tapi Yogi sejak kecil pun tidak pernah mau makan babi. Namun ketika ada tetangganya di Ketapang ada acara seperti selamatan. Maka Yogi selalu mengajaknya untuk pergi ke acara tersebut.
“Katanya ayo ma kita pergi ke tempat orang amin-amin. Saya tanya di mana, katanya itu menunjukkan tempatnya, ternyata tempat orang Muslim selamatan gitu,” kenangnya.

Kemudian ketika awal Yogi masuk sekolah menurutnya Yogi beberapa kali diberi tahu gurunya agar ke luar kelas. Lantaran Yogi ketika itu bukan beragama Islam. “Tapi Yogi itu tak mau keluar malah mau belajar Agama Islam,”

Yogi juga sering meminta izin kepadanya untuk ikut teman-temannya mengaji dan solat.

Lantaran merasa berbeda keyakinan ia awalnya melarang Yogi.

“Saya bilang tak boleh, kita kan beda, tak sama, saya bilang gitu,” ungkapnya.“

Tapi Yogi bilang mau ikut Islam saja. Di rumah ini kan ada handuk sering dibuatnya alas untuk sajadah, dia belajar sembahyang sendiri. Bahkan dia selalu mengajak teman-temannya seperti solat di rumah ini dan dia imamnya,” tuturnya, kejadian itu pernah juga direkam abang Yogi.

Kemudian ketika masih kelas satu SD Yogi juga selalu menghilang dari rumahnya, sore menjelang Magrib dan siang Jumat.

“Pas Jumat tak sengaja melihat seperti Yogi pakai kopiah dan baju koko,” jelasnya.

“Ternyata benar dan ketika pulang saya tanya dari mana, katanya dari masjid. Rupanya dia minjam baju kawannya untuk Solat Jumat. Saya bilang benar-benar Yogi, nanti kamu masuk Islam, dijawabnya dia memang mau masuk Islam,” lanjutnya.

Di sekolah pun tak mau belajar agama kami, dia hanya mau belajar pas pelajaran agama Islam,” tambahnya.

Kemudian pernah juga tetangganya mengatakan kalau Yogi menghilang sore maka degar saja di Surau. Jika ada suara orang ngaji dan salawat itu adalah Yogi.

Ia menambahkan hingga belum lama ini Yogi memaksa minta disunat dan disahkan untuk memeluk agama Islam.
“Jadi kita orangtua mengikhlaskannya. Hanya saya berharap setelah anak saya masuk Islam begini,” tegasnya.
“Maka ia harus dibimbing dengan sebenar-benarnya untuk memperlajari agama Islam. Jangan nanti malam dilepas dan dibiarkan begitu saja,” harapnya mendampingi Yogi.

Yogi menegaskan masuk Islam karena memang keinginan sendiri.
Bahkan sebelumnya ia sering belajar tentang Islam secara sendiri. Ia menegaskan masuk Islam karena ingin masuk surga nantinya.
Di hadapan awak media ketika ia diminta melantunkan ayat Alquran dan doa dalam Islam.

Ia pun langsung melakukannya tanpa teks.
Ternyata ia sudah cukup banyak hafal ayat Alquran dan doa dalam Islam.

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ

Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur’ân) dari Robbmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa sesat maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.” (QS. Yunus 108)

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

Bukan kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetepi Alloh-lah yang memberi petunjuk(memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-nya. (QS. Al Baqarah 272)

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki. (QS. Al Qashash 56)

وَقُلْ لِلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ

Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Alloh) dan Alloh maha melihat akan hamba-hambanya.” (QS. Ali Imran 20)

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ

Barangsiapa Alloh kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki kesesatannya, niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. (QS. Al An’aam 125)

Semoga Alloh merahmati dan terus memberikan hidayah kepada anak ini..

Kembali Alloh buktikan kejayaan dan kemenangan Islam adalah hal yang pasti karena janji Alloh Azza wa Jalla:

ليبلغن هذا الأمر ما بلغ اليل و النهار ولا يترك الله بيت مدر ولا وبر إلا أدخله الله هذا الدين بعز عزيز أو بذل ذليل عز يعز الله به الإسلام وذل يذل الله به الكفر

Islam pasti akan mencapai wilayah yang diliputi siang dan malam. Alloh tidak akan membiarkan rumah yang megah maupun yang sederhana, melainkan akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan memuliakan orang-orang yang mulia dan menginakan orang-orang yang hina. Mulia karena Alloh memuliakannya dengan Islam. Hina karena Alloh menghinakannya akibat kekafirannya. (HR. Ahmad)

Mari kita memohon kepada Alloh adalah agar kita semua tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Alloh, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allohlah mereka dikembalikan. (QS.Ali Imran 83)

تَوَفَّنِي مُسْلِماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh. (QS.Yusuf 101)

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ

Sesungguhnya pelindungku ialah Alloh Yang telah menurunkan Al Quran. (QS. Al. A'raf 196)

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

الله أكبر‎ الله أكبر‎ الله أكبر

Solusi bagi anak yang sudah terpapar Jinsiyyah


Apakah anak-anak sudah memiliki naluri seksual? Tentu sudah karena Allah ciptakan naluri ini sejak manusia itu lahir. Naluri ini salah satu penampakan naluri naw'u ( Naluri Melestarikan Keturunan). Naluri Naw'u adalah potensi hidup karenanya manusia bisa hidup dan lestari keturunanya di muka bumi ini hingga hari kiamat. Naluri inipun sangat sensitif dari kepunahan manusia, makanya menuntut untuk dipenuhi.

Naluri seks (gharizah jinsiyyah) pernah saya sampaikan tidaklah identik dengan naluri naw'u, karena fenomena naluri naw'u juga diwujudkan dalam bentuk rasa keibuan, rasa kebapaan, anak sayang ibu, ibu sayang anak, adik sayang abang, abang sayang adik, empati pada sesama manusia dll.,  jadi tidak melulu wujudnya seksual.

Pada dasarnya naluri seks itu karakternya seperti ini

1. Tergantung rangsangan

Sebagaimana halnya rasa keibuan walau dia seorang wanita tetap saja harus dirangsang jika wanita tadi hendak mencurahkan kasih sayang yang seluas-luasnya pada anaknya, bisa dengan pemikiran-pemikiran tentang posisi anak, amanah dan tanggung jawab pada anak, visi kita tentang anak, anak adalah cahaya mata kita dll. Bisa juga dengan melihat keluarga-keluarga bahagia yang sangat menyayangi dan mencintai anak-anak mereka.

Pun naluri seksual jika sudah dirangsang sedini mungkin dengan menyaksikan pornografi, video porno dan tidak memiliki rasa malu menampakkan aurat dan melihat aurat, atau seringkali melihat orang tua melakukan porno di depan anak dll. Inilah yang membuat jinsiyyah anak terbangkitkan lebih matang sementara akalnya tidak cukup cerdas dengan tsaqafah islam sehingga tidak bisa menilai mana yang haram dan mana yang halal.

Maka solusi dalam hal ini membuang semua rangsangan yang ada dan menjauhkannya dari anak, misal gsdget yang ada pornonya, TV yang mengumbar aurat, teman bermain yang jadi ancaman, bahkan di lingkungan keluarga besar dsb.

Jika setelah dijauhkan anak dari rangsangan, ada kemungkinan anak tetap menuntut utk dipenuhi maka akan gelisah, maka anak akan banyak permintaan dan cari strategi utk memenuhi ini. Dalam kondisi inilah ayah ibu harus peka dan waspada serta bangun komunikasi yang baik sehingga anak terbuka. Katakan padanya bahwa kegelisahan ini hanya sesaat dan tidak mematikan.

2. Tuntutan pemuasannya tidak pasti, hanya menggelisahkan

Anak akan gelisah ketika rangsangan itu semakin besar sementara pemenuhannya tidak ada, maka anak akan cari cara bagaimana dapat memenuhi lazzah seksualnya, maka tentu orang-orang terdekat menjadi sasaran. Maka disini pula pentingnya mengikatkan anak dengan syariah islam dengan ketat dan tarkiz aqidah islam yang senantiasa dijaga oleh orang tua.

Tancapkan Tsaqafah Islam tentang menundukkan pandangan, batasan aurat, berpakaian syar'i, berpisah kasur, tidak satu selimut, tiga waktu awrat, interaksi lawan jenis. Pun senantiasa menjaga suasana keimanan dalam keluarga dalam taqarrub pada Allah swt.

3. Sangat bisa dialihkan seperti ke naluri tadayyun atau ke naluri baqa

Pengalihan sangat memungkinkan dengan memenuhi naluri tadayyun, semisal hadir di majelis ibadah, majelis ilmu, majelis tsaqafah Islam khusus tsaqafah ijtimaiyyah dll. Dekatkan anak dg ulama, ustadz yg dapat kita percaya dan dekat anak dengan teman-teman yang membawanya kepada taqwa.

Bisa juga ikut kegiatan-kegiatan kepemimpinan, penelitian, jelazah alam dll namun tetap mempertimbangkan lingkungan pertemanan harus dipastikan adalah orang-orang yang terpercaya.

Dahsyatnya kata-kata baik dalam pengasuhan


Rasanya saya harus belajar banyak lagi dari Chris Ulmer.
Seorang guru untuk anak-anak special need (berkebutuhan khusus) di Mainspring Academy di Jacksonville Florida.

Bayangkan, kalau anak-anak spesial need saja yang diagnosisnya berkisar antara autisme bahkan sampai yang jenisnya cedera otak traumatis (traumatic brain injury), apraxia bicara (speech apraxia), dan sebagainya mengalami perubahan yang signifikan hanya karena kata-kata positif, apalagi anak-anak normal..

Apa yang dilakukan Ulmer sebenarnya sederhana.
Setiap hari selama 2 pekan, Ulmer hanya menyempatkan diri untuk memberikan kata-kata positif ataupun pujian kepada masing-masing dari mereka,
seperti misalnya;
 saya suka kamu ada di kelas saya”,
“kamu sangat lucu”, “kamu hebat”,
“Semua orang suka sama kamu”,
“kamu pemain sepak bola yang hebat”, dan lain sebagainya.
Anak-anak tersebut hanya diminta untuk menerima dan mengakuinya dengan mengatakan “Yes” setiap kali Ulmer memberikan kata-kata positif.

Setelah 2 pekan Ulmer melakukannya, apa yang terjadi?
Para siswa satu sama lainnya menjadi saling memuji dan berkata-kata positif secara konsisten, mereka saling menghargai prestasi yang dicapai temannya, seolah-olah itu prestasi yang juga mereka raih, dan mereka tidak mencemooh satu sama lainnya tetapi malah saling membantu.

Kata-kata memang sungguh ajaib.
Ulmer bukan satu-satunya orang yang membuktikan dahsyatnya kata-kata baik.
Masaru Emoto, seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo Jepang pun pernah meneliti tentang dampak kata-kata positif yang merubah struktur air menjadi baik.

Anak-anak kita memang butuh kata-kata positif untuk MENJADI DIRINYA sesuai dengan *FITRAHNYA.*
Sayangnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak dalam sehari mendapatkan 450 kata-kata negatif dan hanya 70 kata-kata positif. Inilah yang membuat mereka bingung dengan dirinya, dan tidak percaya akan kemampuan yang dimilikinya.
 Justru kata-kata negatif itu yang malah membentuk dirinya, karena secara neurologi semua informasi yang didengar secara berulang-ulang akan membentuk struktur berpikir, merubah struktur otak dan membentuk struktur kepribadian. Kalau yang masuk kebanyakan kata-kata negatif, apa jadinya pribadi anak-anak kita?

Merujuk pada panduan hidup kita, Allah meminta kita untuk tidak meninggalkan generasi kita dalam keadaan lemah.
Pada potongan ayat terakhir, Allah memberikan kuncinya dengan 2 hal, yaitu; Taqwa kepada Allah dan berkata-kata baik dan benar dengan cara yang benar (QS. An Nisa 9). Dalam ayat lainnya, Allah juga mengumpamakan bahwa, kata-kata baik itu seperti pohon yang baik, akarnya menghujam ke bumi dan cabangnya menjulang ke langit (QS Ibrahim: 24).
Kalau boleh diumpamakan, itulah sosok generasi dengan konsep diri positif.
Tidak mudah terombang-ambil meski zaman semakin menantang, karena memiliki jiwa yang kokoh.

Dari tulisan singkat ini, sepakatkah kita bahwa kata-kata baik sangat penting dalam pengasuhan dan pendidikan?
Hanya kata-kata baik. Rasanya tidak susah kan?
Jadi, tunggu apalagi? Mari mulai berkata-kata baik atau diam...

Selamat mengasuh dengan penuh cinta...

Rabu, 07 Maret 2018

Pandangan terhadap kebenaran isi Al Qur'an



Sepenggal kisah Umar bin Khatab

Berikut cuplikan kisah umar bin khatab saat awal masuk islam.

Umar bin Khatab marah besar, saat mengetahui adik dan suaminya, fathimah dan said telah menjadi pengikut rosululloh.

Saat itu, Said bertanya, "wahai umar..
bagaimana pendapat anda jika sekiranya kebenaran itu ada dipihak mereka?"

Alih-alih mendapat jawaban yang baik seketika itu juga umar menjawab dengan tinjuan keras tepat di muka said..
Melihat kejadian itu adiknya, fathimah, berteriak..
"wahai, musuh Alloh, kamu berani memukul saya karena saya telah beriman kepada Alloh, berbuatlah sesukamu, sesungguhnya saya tetap akan bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh.."

Mendengar suara teriakan fathimah itu umar tertegun dan tiba2 ia meminta kepada adiknya untuk memberikan lembaran al quran yang tersembul dibalik bajunya.

Diberikannya lembaran ayat al quran itu, dan dibacanya ayat demi ayat, Q. S. Thaha 1-6, 14-16..

"Thaahaa.

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Alloh),

yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy.

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.

Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.

Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik),

Sesungguhnya Aku ini adalah Alloh, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka beribadahlah kepadaku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.

Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa".

Setelah membacanya, ia merenungkan isinya dan berkata,,
"Tidak mungkin kalau tulisan ini dibuat oleh manusia dan Tidak pantas bagi Alloh yang ayatnya semulia ini, untuk mempunyai sekutu yang harus disembah..tunjukkanlah padaku dimana Muhammad..!"

Singkat cerita, dengan ketulusan hati, Umar pun mengucapkan 2 kalimat persaksian dihadapan rosululloh,  bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Alloh dan bersaksi bahwa Muhammad utusan Alloh.
Sebuah ucapan keimanan sebagai pertanda kesungguhan untuk menaati aturan Alloh dan mengikuti Rosul-Nya secara menyeluruh ditempat yang diridhoi-Nya.

Mengetahui kisah nyata mengenai Umar, membuat kita jadi penasaran untuk membaca kebenaran Al quran dan memahami kandungan isinya.

Pertanyaannya,
Ada apa sebenarnya dengan kebenaran isi Al quran sampai bisa merubah isi hati seseorang..?
lalu...
Apa yang bisa kita tauladani dari kisah perjalanan Umar ini untuk kita aplikasikan saat ini...?

Iman, Ilmu & Amal



Kita harus yakin dan menguasai hal-hal yang berkenaan dengan Islam, pada saat yang sama, kewajiban kita adalah mengamalkan apa yang menjadi ajaran Islam itu.
(QS.Al-Fatĥ/48 :28)
"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Alloh sebagai saksi.
(QS.Al-Jumu`ah/62 :2)
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

(Qs. az-Zumar [39] : 9).
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakal lah yg Alloh Subhanahu Wata’ala yang dapat menerima pelajaran.”

Qur'an utk diingat dan diamalkan
(Qs.Şād/38  :29)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.

Alloh berikan jalan keluar bagi orang'yg berserah diri
 (Qs.Al-'An`ām/6:125) _Barangsiapa yang Alloh menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk Adn Islam). Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh kesesatannya, niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman._

Proses pengamalan inilah yang dinilai oleh Alloh swt.

Alloh menilai amal seseorang sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Nya (Qur'an Surat .17 ayat 9 ) Bagi Alloh, amal yang memiliki nilai tinggi di hadapan-Nya adalah amal yang dilakukan dengan iklas.
Ikhlas artinya bersumber dari satu keyakinan dan berdasarkan ilmu yang benar yg dipelajarinya, sehingga lahirlah perbuatan yang terbaik
(Amal Saleh).

Jadi, amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan yang berangkat dari keyakinan semata-mata karena Alloh, bukan karena niat-niat lain yang ada di balik itu. Ciri dari sebuah perbuatan atau amal yang ikhlas adalah apabila ia dilakukan dengan cara yang terbaik (the best). Manusia yang berangkat dari niat yang benar, ikhlas kepada Alloh kemudian dia mengetahui ilmu yang berhubungan dengan perbuatannya itu, pasti dia akan melakukan yang terbaik di dalam hidupnya.
Orang yang beramal atau bekerja seenaknya, berbuat ala kadarnya, melakukan sesuatu karena ingin dipuji orang bukan karena Alloh, biasanya selalu melakukan perbuatannya itu tanpa dilandasi keyakinan dan kepercayaan yang utuh.

Demikian juga, ketika seseorang beramal atau berbuat sesuatu tanpa atas dasar ilmu yang benar, tidak didasarkan kepada teori-teori atau syariat-syariat Adnulloh yang telah ditetapkan dlm Qalam-Nya Qur'an & As Sunah-Nya (QS.2 :151 & QS.2 : 2 ) tanpa memenuhi syarat dan rukun dari pekerjaan itu. Pasti pekerjaannya itu tidak menghasilkan sesuatu yang terbaik. Mana mungkin seseorang bisa berbuat atau beramal baik, kalau dia tidak tahu ilmunya,
Artinya ibadah kpd Rabb-Nya yg benar dengan landasan ilmu/petunjuk-Nya (QS.Al-Fath :28), islam itu diturunkan kebumi membawa (Ilmu & Amal), jika tdk sesuai sudah pasti perbuatannya itu akan penuh dengan kesalahan-kesalahan.

Karena itu dalam melakukan apa saja, terutama yang berhubungan dengan agama Islam, baik dalam hubungan kita dengan Alloh atau dengan sesama manusia serta alam ini. Maka kita harus berangkat dari sebuah keyakinan yg sebenar-benarnya menurut Alloh & Rasul-Nya (QS.Al-Hujurat/49 :15), dan  terlebih dahulu, mengutamakan keikhlasan dan ketulusan semata-mata karena Alloh, tetapi pada saat yang sama kita melakukannya atas dasar ilmu yang telah kita miliki itu. Inilah makna dari amal yang ikhlas, maka ketika Alloh menegaskan bahwa kita ini diberi hidup dan mati untuk menguji kita siapa di antara kita yang paling baik amal perbuatannya, amal ibadahnya.

Alloh berfirman, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ’amala”.
 Kita harus artikan bahwa perbuatan yang paling baik itu adalah perbuatan yang berangkat dari niat yang ikhlas dan berdasarkan ilmu yang benar. Niat yang ikhlas saja tanpa ilmu pasti menimbulkan kesalahan-kesalahan, ilmu saja tanpa niat yang ikhlas pasti akan menyimpang dari nilai-nilai kebenaran. Karenanya, mengamalkan apa saja yang menjadi ajaran Islam yang kita yakini itu, harus berangkat dari kepercayaan dan keikhlasan yang ada di dalam hati kita, kemudian dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan yang ada di otak kita.
Ada tiga unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama, yaitu iman, ilmu, dan amal. Maka, akan tidak ada artinya keyakinan kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya ilmu yang kita punya kalau tidak melahirkan amal-amal sholeh dalam kehidupan kita, bahkan naudzubillah ilmu yang tidak bermanfaat. Justru akan menjadi bumerang yang menghancurkan diri kita dan orang-orang lain di sekitar kita.

Lalu, bagaimana kita menggabungkan tiga hal tersebut? Apakah kita harus percaya dulu, kemudian belajar lalu beramal? Bukanlah itu cara yang harus kita tempuh, melainkan antara keyakinan, ilmu pengetahuan dan amal perbuatan haruslah diupayakan secara bersamaan, karena ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Ketiga prinsip dasar itu harus senantiasa kita asah, kita perbaiki setiap saat, agar kita dalam melakukan sesuatu, benar-benar berangkat dari keyakinan dan berdasarkan ilmu pengetahuan. Dari keyakinan kita melahirkan dorongan untuk selalu belajar-belajar dan berbuat sesuatu dengan ilmu yang kita punya itu.

Inilah tiga hal yang harus senantiasa dijadikan prinsip dalam hidup kita, yaitu antara iman, ilmu dan amal, antara keikhlasan dalam hati, kecerdasan/kefathonahan dalam otak dan ketulusan di dalam beramal seorang muslim.

Wa fiika barakalloh,
indahnya berbagi ilmu, selamat belajar takwa

Alloh Maha Melihat



Semoga semuanya dalam keadaan sehat jasmani dan sehat rohani...
Serta senantiasa dirahmati ALLOH subhanahu wa ta'ala...

Semoga setiap langkah yang kita ayunkan bersama senantiasa memberi manfaat dan lebih mendekatkan kita kepada-Nya...
Aamien ya robbal alamien....

Pasti semua tahu bahwa Alloh Maha Melihat...

Ya...
Dia Melihat segala gerak-gerik kita,
Setiap hentakan nafas, denyut jantung dan segala sesuatu yang lebih halus dari itu Alloh Melihatnya.

Ingatlah...
Alloh slalu bersama kita.
Dimanapun kita berada, di ujung bumi manapun kita berpijak,
dimanapun kita bersembunyi,
maka ada Alloh bersama kita.
Tidak ada satu pun tempat tidak di bumi maupun di langit kecuali ilmu-Nya menjangkau semuanya dari penjurunya.

Ketahui juga bahwa, Alloh Menyaksikan kita. Segala amal perbuatan, baik amal kebajikan ataupun keburukan,
hina atau mulia,
yang besar maupun yang kecil,
meski hanya sebesar atom,
Alloh akan mendatangkan saksi-saksi-Nya.

Kita adalah saksi untuk amal perbuatan kita. Mata, hati, tangan, kaki akan jadi saksi. Semuanya akan diadili di pengadilan tertinggi-Nya kelak di yaumil akhir.

Mata akan bersaksi, digunakan untuk apa mata ini.
Apakah pandangan mulia atau pandangan khianat yang sering ia lakukan. Hati akan mengabarkan bagaimana isinya, apakah bersih dari penyakit atau malah tempat bersarang segala macam penyakit sombong, hasad, iri, dengki atau ragu-ragu atau lainnya.
Semua akan terungkap di hadapan-Nya.

Bagaimana kedua tangan ini akan membeberkan di depan Hakim Yang Maha Agung, apa yang telah ia lakukan selama hidup di dunia...
Apakah banyak kebajikan tercipta atau malah keburukan yang menjadi hasil karyanya?

Begitupun kaki, ia akan menjadi saksi atas setiap langkah dalam hidup ini.
Kemana langkahnya pergi, tempat mana yang sering ia kunjungi. Apakah tempat yg penuh atau tempat tempat utk berbuat dosa..
Semua akan diceritakannya.

Bahkan bumi yang ia injak pun turut menguatkan persaksiannya,
betapa kaki sering melewati jalan-jalan di bumi.
Kelak lisan yang sekarang pandai berbicara, pandai memainkan kata-kata, pintar memutar balikkan fakta akan dikunci di hadapan para saksi.

Saksi yang sekarang diam kelak akan di beri kebebasan untuk mengungkap segala macam perbuatan yang terekam.

Mari kita tanamkan keyakinan dalam hatimu; Alloh Melihatku,
Alloh Bersamaku, dan Alloh Menyaksikanku, niscaya kita akan selamat.

Bagaimana mungkin manusia akan melakukan kebatilan kalau yakin bahwa Alloh Melihatnya.
Bagaimana mungkin seseorang akan mengkhianati-Nya, kalau ia yakin Alloh selalu bersamanya, menyertai setiap langkahnya.

Bagaimana seseorang akan datang ke lembah kemaksiatan padahal Alloh Menyaksikannya dan telah mengadakan saksi pada dirinya sendiri.

Wassalam

Al Wahhaab - Maha Pemberi



🚗Asmaul Husna🚗

*Al Wahhaab     الوَهَّابُ*   
_Maha Pemberi_


Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Daud, seorang panglima dan raja yang pemberani.
Tumbuh dalam didikan Nabi Daud menghantarkan Nabi sulaiman menjadi sosok pemimpin yang luar biasa handal.👑

Nabi Sulaiman memohon kepada Alloh agar dianugerahkan kerajaan besar yang tidak akan dimiliki oleh siapapun setelahnya.  🤲🏻
Nabi memohon hal tersebut bukan karena kesombongan maupun kerakusan. Melainkan Nabi Sulaiman sangat paham akan potensi dirinya sebagai pemimpin.
Ia diberi ilmu dan hikmah oleh Alloh sehingga mampu mengatur semua dalam kepemimpinannya agar tunduk patuh pada Alloh sejahtera selamat dunia dan akhirat.😇

Alloh mampu mengkaruniakan apa yang dipinta hamba-Nya. Alloh menundukkan angin yang bertiup kencang dan jin ahli bangunan serta jin ahli menyelam untuk Nabi Sulaiman. 🌪👻
Alloh memiliki nama indah *Al Wahhab, Maha Pemberi Karunia.*

Alloh SWT berfirman:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ  بَعْدِيْ ۚ  اِنَّكَ اَنْتَ *الْوَهَّابُ*
_"Dia berkata, Ya Robb-ku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah *Yang Maha Pemberi*."_
QS. Sad (38)/35

Senin, 05 Maret 2018

Al Jabbar - Maha Kuasa, Maha Pemaksa



🌦Asmaul Husna🌦

*Al Jabbar     الجَبَّارُ*   
_Maha Kuasa, Maha Pemaksa; Yang Kehendaknya tidak dapat Dihindari_

🍔🍹
Nabi Ibrahim ingin mengetahui bagaimana Alloh menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim bukannya tidak percaya, akan tetapi ia ingin agar hatinya menjadi mantap.

Alloh memerintahkan Nabi Ibrahim mengambil empat ekor burung, lalu mencincangnya kecil-kecil.
Tentu saja burung2 tersebut mati. Kemudian ia disuruh meletakkan di atas masing-masing bukit satu bagian. 🦅

Setelah itu ia disuruh memanggil burung2 tersebut. Dengan kekuasaan Alloh, burung2 tersebut terbang ke arah Nabi Ibrahim dengan segera.

Alloh memperbaiki semua hal yang binasa serta merampungkan segala sesuatu.
Alloh berkuasa memaksakan apa yang menjadi kehendak-Nya. Sehingga Alloh memiliki nama indah *Al Jabbar*, yaitu _Maha Pemaksa_.

🌿🍄
Alloh SWT berfirman:

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ  اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ  الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ *الْجَـبَّارُ* الْمُتَكَبِّرُ ۗ  سُبْحٰنَ اللّٰهِ  عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

_"Dialah Allah, tidak ada Ilah selain Dia. Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha Perkasa, *Yang Maha Pemaksa*, Yang Memiliki segala Keagungan. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan."_
QS. Al-Hasyr (59)/23

🌳🌳🌳

Silaturahim



Semoga kita semua dalam kondisi sehat jasmani dan rohani, dan dalam keberkahan...

Silaturahim merupakan ibadah yang sangat agung, mudah dan membawa berkah. Orang beriman hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya. Sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal sholeh ini.
Dengan banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kita untuk bersilaturahim. Bukankah silaturahim merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia ?
Karena silaturahim dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antar sesama.
Silaturahim juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang.
Silaturahim termasuk akhlak yang mulia.
Dianjurkan dan diserukan oleh Rosululloh SAW. Diperingatkan untuk tidak memutuskannya. Alloh SWT telah menyeru hamba-Nya berkaitan dengan menyambung tali silaturahim dalam sembilan belas ayat di kitab-Nya yang mulia.
Alloh SWT memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, Rosululloh SAW telah mewanti-wanti persoalan ini melalui ayat al-Qur'an dan as-Sunnah.  Beliau memberi kabar akan bahaya memutus silaturahim.
Ancaman Alloh SWT terhadap pemutus silaturahim sangat serius.
Dalam surat Muhammad ayat 22-23, Alloh SWT memvonisnya sebagai orang yang terkutuk, dengan telinga ditulikan dan penglihatannya dibutakan.
Sebagaimana dalam firmanNya:
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan silaturahim ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Alloh dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad :22-23).

Memutus tali silaturrahim adalah perbuatan yang sangat dilarang
dalam agama Islam,
Alloh SWT berfirman:
"Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi kamu." (Q.S An-Nisaa' : 1)

Menurut Rosululloh SAW, Alloh SWT akan melapangkan rezeki orang yang suka menyambung tali silaturahim. Alloh SWT juga akan memanjangkan umur kepadanya.

Dalam sabdanya:
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (H.R Bukhari)

Dalam ayat lain Alloh SWT juga memberi predikat sebagai orang
fasik dan merugi (QS. al-Baqarah 26-27), terkutuk dan penghuni
neraka jahannam (QS. al-Ra'd 25).

Ancaman Alloh SWT ini kemudian dikuatkan oleh hadis Rosululloh SAW:
"Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahim." (HR.
Bukhari dan Muslim).

Penegasan dari hadis Rosululloh SAW ini menunjukkan bahwa ancaman Alloh SWT terhadap pemutus tali silaturahim benar-benar serius.
Dengan demikian, sesungguhnya silaturahim bertalian dengan
keimanan seseorang.
Silaturahim adalah salah satu identitas seorang mu'min.
Seorang mu'min mempunyai tabiat selalu menjaga komunikasi jangan sampai terputus dan bila komunikasi terputus, ia segera menyambung dan mengadakan perbaikan.

Rosululloh SAW bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah menyambung silaturahim." (HR. Bukhari)

Oleh sebab itu, hukuman orang yang memutus kerabat sungguh berat. Hukuman itu tidak hanya di akhirat tapi juga ditimpakan sejak di dunia. Sebab, memutus tali kekeluargaan (silaturahim) termasuk dari salah satu dosa besar. Bahkan dosa itu berimplikasi kepada orang-orang di sekitarnya.

Rosululloh SAW bersabda: "Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus silaturahim." (HR. Bukhari).
Hadis ini menunjukkan bahwa dosa memutus silaturahim juga berakses negatif (dicabutnya Rohmat Alloh) terhadap orang-orang yang hidup di sekitarnya.
Musibah perpecahan hubungan silaturahim pernah di alami oleh
Nabi Nuh AS dengan anaknya Qan'aan.
Tatkala Nabi Nuh AS dan ketiga putranya Sam, Ham, Jafits beserta
pengikutnya yang beriman sudah berada di dalam kapal, karena ada banjir bandang – Qan'aan yang kafir menolak ajakan Nabi Nuh AS menaiki kapal.
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah" tolak Qan'aan.
Akibat menolak ajakan ayahnya itu, ia ditenggelamkan oleh Alloh
dihempas air bah beserta kaum Nabi Nuh AS yang kafir.
Nabi Nuh AS sedih atas musibah ini, seraya berseru "Ya Alloh ia adalah anakku".
Tapi apa jawaban Alloh? "Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, sesungguhnya perbuatannya adalah perbuatan yang tidak baik."
(QS. Hud: 45).

Mendapat jawaban dari Alloh SWT, Nabi Nuh paham bahwa anaknya telah memutus tali silaturahim sekaligus memutus keimanan, ia bukan lagi anaknya.
Oleh sebab itu dia harus merelakannya diazab oleh Alloh SWT. Qan'aan, dalam kisah tersebut walaupun mempunyai hubungan darah, tapi ia menganggap sudah tidak ada hubungan lagi.

Maka dia tidak  kembali kepada Alloh SWT dan tidak  berkumpul kembali bersama saudara-saudaranya. Beliau berusaha menyambung tali silaturahim, dengan mengajak kembali kepada Alloh. Tapi karena ia tetap memegang prinsip kekafirannya, Alloh SWT memisahkannya dengan Nabi Nuh AS.

Dari kisah tersebut, kita harus semakin yakin dengan apa yang
telah disabdakan Rosululloh SAW. "Orang yang menyambung silaturahim akan selalu dinaungi rahmat Alloh SWT, sebaliknya orang yang memutus hubungan silaturahim akan dihimpit laknat Alloh SWT."
Qan'an dalam kisah tersebut menolak ajakan Nabi Nuh untuk merajut tali silaturahim.
Akibatnya, Alloh SWT menimpakan adzab kepadanya. Melalui tulisan ini kita galang persaudaraan Islami dimulai dari silaturahim.
Silaturahim dirajut dengan menziarahi dan saling menziarahi, segaimana dianjurkan oleh Rosululloh SAW dalam sabdanya berikut ini:
Dari Abu Hurairah r.a, Rosulullah SAW bersabda, “Ada seorang laki-laki bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Alloh mengutus seorang malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut maka malaikat bertanya, “Hendak kemanakah saudara?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini.” Malaikat kembali bertanya, “Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu kenikmatan yang akan engkau raih?“ Lelaki tersebut menjawab, “Tidak, saya melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena Alloh.” Malaikat kemudian berkata, “Sesungguhnya saya diutus Alloh untuk menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Alloh mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim).

Yang penting dalam silaturahim itu memiliki kandungan saling menasihati saling mengingatkan. Dengan silaturahim ini akan terbentuk masyarakat islam. Komponen masyarakat Islam adalah keluarga yang menyadari pentingnya silaturahim. Kita bentuk keluarga yang islami, rukun dan damai, maka masyarakat yang akan tercipta pun adalah masyarakat beriman bersatu padu di bawah naungan Islam yang dirahmati dan diridhoi oleh Alloh SWT.

Minggu, 04 Maret 2018

Ar Rahman - Maha Pengasih



Ada seorang ibu bernama Hana yang tinggal di Cililin. Suaminya sakit, sehingga tak dapat bekerja.
Bu Hana menghidupi keluarganya dengan menjual bunga moss rose online.
Ia menanami ladang pinjaman dari sanak keluarganya dengan bunga cantik itu.

Saat musim kemarau, tanah ladang kering, bunga-bunyanya layu. Bu hana kebingungan, karena ladang jauh dari sumber air. Di siram pun dengan menggotong air pun tidak terlalu berpengaruh. Tanah ladang sampai retak-retak. Bu Hana kuatir dengan mata pencahariannya. 

Namun hujan pun turun, membasahi bumi. 
Air gemericik mengalir, bunga-bunga bu Hana merekah kegirangan. Daun-daunnya segar dan tegak. 
Alhamdulillahi Robbil 'alamiin...

Alloh mengasihi seluruh makhluk di bumi di dunia ini, dengan kasih sayang yang begitu teramat sangat.
Walaupun manusia ada yang belum beriman, Alloh tetap memberikan rahmatnya ke segenap penjuru bumi.
Karena itu Alloh memiliki nama indah Ar Rohman, Maha Pengasih

Alloh berfirman:

هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً لَّـكُمْ مِّنْهُ  شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ

"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu."
QS. An-Nahl (16)/10

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
QS. Al-Fatihah (1)/3

Sabtu, 03 Maret 2018

Ar Rohiim - Maha Penyayang



Abu Bakar sering lewat di hadapan orang-orang yang sedang berkeliing-keliling sekitar berhala-berhala mereka. Ia tertegun dan wajahnya disaput penyesalan yang amat pahit. Manusia yang dapat melihat, mendengar dan berpikir tiba-tiba tersungkur sujud di depan batu-batuan yang tidak dapat melihat, mendengar apalagi mengetahui kebenaran. Tekadnya bulat untuk melepaskan diri dari seluruh kebodohan itu.

Sewaktu ditanya orang mengenai Tuhan yang disembahnya, ia menjawab: Saya menyembah Robb Ibrahim

Demikianlah hari demi hari perasaannya dipenuhi oleh keinginan untuk beribadah dan kerinduannya kepada dien Ibrahim.
Tetapi ia tidak mengetahui cara yang harus ditempuhnya. Hatinya terus bergejolak, memendam kerinduan yang sangat akan datangnya petunjuk kebenaran. Hari terus berganti ia menanti dan menanti.

Sampai suatu ketika, sampailah kabar bahwa Muhammad Al Amin, sahabatnya yang mulia, telah mendapat wahyu dari Alloh.
Wajah Abu Bakar bersinar seakan surya hanya menyinari dirinya, Abu Bakar tak menunda lagi untuk segera menemui Rosululloh SAW.

“Benarkah apa yang disampaikan oleh orang-orang itu wahai teman sebangsa?” tanya Abu Bakar.
“Apa yang mereka sampaikan kepada Anda?” ujar Rosululloh.
“Kata mereka, Alloh telah mengutus anda kepada kami agar kami mengibadahi-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun juga?”

“Dan apa jawaban anda kepada mereka, wahai ‘Atiq (nama panggilan Abu Bakar)” tanya Rosululloh.
“Kata saya kepada mereka: Jika demikian, maka BENARLAH DIA”.

Mendengar itu Rosululloh SAW bercucuran air mata dan memeluk sahabatnya. Tak lama, Abu Bakar menundukkan kepalanya dengan khusyuk, berjabatan tangan erat-erat dengan Rosululloh dan menyatakan pengakuan keimanannya.
Pada detik mereka berjabatan dan hati berikrar janji, detik itu bagaikan meledak dahsyat mengeluarkan isinya yang menakjubkan, melahirkan suatu masa dan generasi selanjutnya yang gemilang penuh kemenangan.

Alloh menyayangi orang beriman, memberi mereka petunjuk agar selamat dunia dan akhirat, sehingga Alloh memiliki nama Ar Rohiim, Maha Penyayang.

Alloh SWT berfirman:

هُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ عَلٰى عَبْدِهٖۤ اٰيٰتٍۭ بَيِّنٰتٍ لِّيُخْرِجَكُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ  وَاِنَّ اللّٰهَ بِكُمْ لَرَءُوْف *رَّحِيْمٌ

"Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur'an) kepada hamba-Nya (Muhammad) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sungguh, terhadap kamu Alloh Maha Penyantun, Maha Penyayang."
QS. Al-Hadid (57)/9

Kamis, 01 Maret 2018

Al Ghofuur - Maha Pengampun



Suatu hari, Siti Aisyah yang baru sembuh dari sakit, memaksakan diri pergi ke jamban dituntun oleh Ummu Misthah. Ummu Misthah adalah saudara Siti Aisyah yang tinggal bersamanya, dan selama itu dipenuhi nafkahnya oleh Abu Bakar, ayah Siti Aisyah.

Ummu Misthah tergelincir, dan dengan latah mengucapkan:
“Celaka anakku si Misthah!”.
'Aisyah bertanya: “Buruk sekali ucapanmu. Kenapa engkau mengumpat anakmu?”
Ummu Misthah berkata: “Tidakkah engkau mendengar apa yang ia katakan?”
‘Aisyah berkata: “Apa yang ia katakan?”
Lalu Ummu Misthah menceritakan bahwa ada fitnah yang tersebar tentang Siti Aisyah melakukan perbuatan yang tidak baik. Misthah termasuk orang yang menyebarkan fitnah tersebut.

Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar ra sangat marah dan menyatakan tidak mau menafkahi lagi saudaranya tersebut.

Tidak berapa lama, Alloh menurunkan ayat Al Qur’an yang membersihan Siti Aisyah dari fitnah.
Demikian pula terhadap Abu Bakar agar memaafkan Misthah. Misthah sendiri sesungguhnya ada pejuang Badar, dan ia telah bertobat atas kesalahannya.

Alloh mengampuni dan menutupi kesalahan hamba-hambanya, sehingga Alloh memiliki nama indah Al Ghofuur, Maha Pengampun.

Alloh SWT berfirman:

وَلَا يَأْتَلِ اُولُوا الْـفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْۤا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ  ۖ  وَلْيَـعْفُوْا وَلْيَـصْفَحُوْا   ۗ  اَ لَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَـكُمْ  ۗ  وَاللّٰهُ *غَفُوْر*ٌ رَّحِيْمٌ

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Alloh, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Alloh mengampunimu? Dan Alloh Maha Pengampun, Maha Penyayang."
QS. An-Nur (24)/22
 
Copyright © 2013 Belajar Takwa
Design by FBTemplates | BTT