Indahnya Saling Nasehat-Menasehati

Indahnya Saling Nasehat-Menasehati
BREAKING

Jumat, 31 Agustus 2018

Ash Shamad - Tempat Bergantung


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya...
Dan jika mati...
Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...


ALLOH SWT berfirman:

اَللّٰهُ الصَّمَدُ

"ALLOH adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu."
QS. Al Ikhlas (112)/2

ALLOH SWT adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, karena sesuatu itu tidak ada artinya tanpa bantuan dari-Nya.

ALLOH SWT tidak membutuhkan tempat bergantung dari yang lain, Dia mampu berbuat sekehendak-Nya tanpa dipengaruhi oleh siapapun.
ALLOH SWT adalah tempat bergantung bagi makhluk-Nya, karena diri manusia bahkan dunia ini dalam genggaman-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
“Dan Barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri.
Sesungguhnya ALLOH benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
Q. S. Al Ankabut (29)/6-7

ALLOH SWT tempat bergantung, Dialah Ash Shamad, semuanya menyandarkan kebutuhan dan kepentingan kepada-Nya, rizqi yang disediakan tinggal dicari dan digali saja lagi, pengetahuan yang dibentangkan seluas lautan tinggal dikaji, kesehatan yang disediakan harus dijaga untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik.
Semua disediakan untuk manusia sebagai sarana dan fasilitas untuk meninggikan agama ALLOH SWT melalui pernyataan keimanan dan pembuktian ibadah hanya kepada-Nya.

Sejak dari kehidupan, rizqi dan masa depan manusia, semuanya tergantung kepada ALLOH SWT, manusia sebagai makhluk hanya mengikuti skenario hidup yang dirancang-Nya, inilah keyakinan tauhid bagi seorang muslim.
Segala permohonan dan permintaan yang hakiki hanya ditujukan kepada ALLOH SWT karena Dialah yang punya hak untuk memberikan pertolongan kepada hamba-Nya.
Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan-Nya, walaupun dalam perkara yang seberat semut kecil, dalam setiap keadaan, seluruh makhluk membutuhkan-Nya, karena Dia memiliki segala kesempurnaan yang mutlak dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-Nya.

Ketergantungan kepada ALLOH SWT akan memberikan kemudahan kepada manusia sehingga terjaga dan berada dalam pengawasan-Nya dimanapun berada, dilindungi, diberi pertolongan dan diselamatkan dari kejahatan siapapun.

Wujud ketergantungan kepada ALLOH SWT patut kita syukuri sehingga akan diberikan yang lebih baik lagi dari yang sudah kita dapatkan.
Terpaksa atau suka rela kita memang menggantungkan diri kepada-Nya.
Dialah Yang Maha Kuasa, Dialah Yang Mengatur alam ini sekehendak-Nya sehingga ketidakberdayaan manusia menjadi bukti kelemahan makhluk-Nya.
Dialah yang menjadi tujuan segala kebutuhan.

ALLOH SWT berfirman:
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika ALLOH menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain ALLOH yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya?
Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?"
dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Q. S. Al Qashash (28)/72-73

Diciptakan manusia di dunia ini oleh Alloh di bawah lindungan dan pengawasannya, sejak di alam rahim, ALLOH SWT sudah tetapkan rizqi, usia dan jodohnya.
Sekali-kali Dia tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya, dalam kondisi apapun dijamin akan diperoleh pertolongan-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
“ALLOH pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).
dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
QS. Al Baqarah (2)/257

Kemurnian tauhid seorang mu'min nampak ketika pernyataan syahadat mengejawantah pada sebuah pengakuan yaitu “Laa Waliy Illalloh” (tidak ada Penolong kecuali ALLOH).
Bila hal ini tidak terukir dalam kehidupan sehari-harinya, berarti diragukan kemurnian tauhid nya.
Rusaknya iman seseorang karena masih mencari yang lain untuk turut campur dalam urusan ALLOH SWT.

Rosululloh saw bersabda:
”Empat perkara jahiliyah ada pada ummatku yang tidak akan mereka tinggalkan; sombong dengan kedudukan, mencela keturunan, minta hujan kepada bintang dan meratapi orang mati”
H.R. Muslim

Watak jahiliyyah itu diantaranya menggantungkan harapan kepada makhluk lain seperti jin dan manusia, dan menyandarkan keberhasilannya yang merupakan karunia ALLOH SWT kepada yang lain, menghilangkan sedikit saja peran ALLOH SWT atas usaha yang dilakukan maka usaha itu akan terputus dari rahmat ALLOH SWT.
Karenanya Rosul mengajarkan kepada kita ketika akan bekerja dan melakukan aktivitas apa saja dengan mengucapkan “Basmalah” dan mengakhirinya dengan menyebut “Hamdalah”, agar sandaran dan ketergantungan kepada ALLOH SWT tidak putus selama-lamanya.

ALLOH SWT berfirman:
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
QS. Ar-Rahman (55)/29

Dialah Yang Maha Kaya dengan sendirinya, sedangkan seluruh makhluk membutuhkan-Nya, baik dalam hal adanya mereka, proses terwujudnya, maupun bantuan bagi mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan.

Semoga kita mendapatkan hikmah dan manfaatnya

Rabu, 29 Agustus 2018

Peristiwa Terbunuhnya Ali bin Abu Tholib



Alloh SWT berfirman:
".............Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ....."
QS. Ali 'Imran (3)/140

“Hukum itu milik Alloh, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Itulah teriakan Abdurrahman bin Muljam Al Murodi (Khawarij) ketika menebas tubuh Ali bin Abi Thalib karomallohu wajhah- pada saat bangkit dari sujud shalat Subuh pada 19 Ramadhan 40 H itu.
Abdur Rahman bin Muljam menebas tubuh Sayidina Ali bin Tholib dengan pedang yang sudah dilumuri racun yang dahsyat.
Racun itu dibelinya seharga 1000 Dinar.
Tubuh Sayidina Ali bin Abi Tholib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan.
3 hari berikutnya (21 Ramadhan 40 H) nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rosululoh SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.

Ali dibunuh setelah dikafirkan.
Ali dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Alloh.
Ali dibunuh atas nama hukum Alloh.
Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khawarij yang saat ini mulai ditiru oleh sebagian umat Islam.

Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti membaca Surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar perbuatannya:
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Alloh; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh kholifah Ali, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi mati dengan cara qishas.
Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis.
Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:
“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus.
Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Alloh.”

Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah, sepupu Rosululloh, dan ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.

Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Alloh.

Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern.
Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasikan untuk berjihad di jalan Alloh dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.

Siapa sebenarnya Ibnu Muljam?
Dia adalah lelaki yang shalih, zahid dan bertakwa dan mendapat julukan Al-Muqri’.
Sang pencabut nyawa Sayyidina Ali itu seorang hafidz (penghafal Al-quran) dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.

Kholifah Umar bin Khottob pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Al-quran kepada penduduk negeri piramida itu.
Dalam pernyataannya, Kholifah Umar bin Khottob bahkan menyatakan:
“Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Al-quran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri.
Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al-quran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.

Meskipun Ibnu Muljam hafal Al-quran, bertaqwa dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya. Afiliasinya kepada sekte Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. Ibnu Muljam menetapkan klaim terhadap surga Alloh dengan sangat tergesa-gesa dan dangkal.

Mereka senantiasa membaca Al-quran di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi.

Rosululloh bersabda:
Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Alquran.
Dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka.
Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka.
Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian.
Mereka membaca Al-quran dan mereka menyangka bahwa Al-quran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-quran itu adalah (bencana) atas mereka.
Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan.
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (Sahih Muslim)

Senin, 27 Agustus 2018

Al-Ahad - Yang Maha Esa


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya...
Dan jika mati...
Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...


ALLOH SWT berfirman:

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ

“Katakanlah (hai Muhamad), ‘Dialah ALLOH Al-Ahad (Yang Maha Esa).’
QS. Al-Ikhlash (112)/1

Al Ahad hanya satu ayat itu, dan tidak ada penyebutan di surat yang lain.
Selain nama Al-Ahad, ada nama ALLOH lain yang maknanya berdekatan dengan nama Al-Ahad ini.
Yakni nama Al-Wahid yang berarti Yang Satu.
Jika Al-Ahad disebut hanya pada satu ayat al-Quran, Al-Wahid disebut pada lebih dari 15 ayat al-Quran.
Al-Ahad dan Al-Wahid sama-sama menunjukkan ke-Esa-an ALLOH SWT.
Al Ahad, Hanya ALLOH sajalah yang memiliki sifat Mulia, Agung dan Besar.
Tidak ada yang mirip dengan-Nya dan tidak ada yang menyerupai sifat-Nya.
Tidak ada sekutu dan pembantu dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
ALLOH satu-satunya ilah yang berhak untuk diibadahi, tidak boleh dipersekutukan dalam hal cinta dan pengagungan.
Sikap merendahkan diri dan tunduk hanya kepada-Nya saja.
Dialah ALLOH, Dzat yang agung sifat-Nya, sehingga hanya Dia yang layak untuk menyandang segala kesempurnaan.
Tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui sifat ALLOH atau sebagian dari sifat-Nya dengan sempurna tanpa ALLOH beritahu.
Maka, tidak mungkin seseorang akan dapat menyerupai sebagian dari sifat-Nya.

Kewajiban setiap hamba yang mengetahui semua itu adalah mentauhidkan ALLOH, baik dengan keyakinan, perkataan maupun sikap dan perbuatan.

Hendaknya mengakui pula keutamaan dan ke-Esa-an ALLOH yang mutlak serta mentauhidkan-Nya dalam semua bentuk peribadatan.

ALLOH Maha Tunggal dalam Rububiyyah-Nya, mulkiyah-Nya, serta uluhiyah-Nya, sehingga tiada sekutu bagi-Nya dalam aturannya, kerajaan-Nya, dan penyembahan-Nya, tidak ada yang dapat melawan dan mengalahkan-Nya.

Dia Maha Tunggal dalam Dzat, nama, dan sifat-sifat-Nya.
Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
Dia Maha Tunggal dalam Uluhiyah-Nya sehingga tiada sesuatu pun yang berhak diibadahi kecuali Dia, dan tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah kecuali Dia.

 Al-Ahad yakni yang menyendiri dengan segala kesempurnaan, keagungan, kebesaran, keindahan, pujian, hikmah, rahmat dan selainnya dari sifat-sifat kesempurnaan.
Sehingga tidak ada yang menyerupai dan menyamai-Nya dalam satu sisi apapun.
Maka Dia Yang Maha Tunggal dalam kehidupan-Nya, sifat qayyumiyah-Nya, ilmu-Nya, kekuatan-Nya, kebesaran-nya, keindahan-Nya, pujian terhadap-Nya, hikmah-Nya, rahmah-Nya, dan sifat-sifat lain.
Dia memiliki sifat-sifat itu pada puncak kesempurnaan.

Dengan mengakui ALLOH, Al-Ahad
Bahwa tidak ada yang menyamai dan menandingi ALLOH, serta tidak ada yang setara dengan-Nya dalam segala segi.
ALLOH Maha Suci dan Maha Tinggi, tidak ada yang menyamai-Nya dan tidak ada pula yang manandingi-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
QS. Asy-Syura (26)/11

ALLOH adalah satu-satu-Nya yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia, maka tidak ada satu dzat pun yang bisa menjadi serikat-Nya, tidak ada yang dapat menyerupai-Nya.
Penetapan seluruh sifat ALLOH yang sempurna, tidak ada satu sifat yang menunjukkan kemuliaan dan keindahan melainkan sifat tersebut telah dimiliki ALLOH.
Bahwa semua sifat yang ALLOH miliki merupakan sifat-sifat paling agung yang berada pada puncak keagungan.

ALLOH SWT berfirman:
“Dan bahwasanya kepada Robbmulah puncak (segala sesuatu).”
QS. An-Najm (53)/42

ALLOH SWT memiliki kesempurnaan sifat yang mutlak, baik dalam Dzat, sifat-sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya.
Dan keyakinan itu hendaknya tertanam dalam hati.
Wajibnya meng-Esa-kan ALLOH dan ikhlas dalam beribadah, serta meyakini bahwa ALLOH satu-satunya Pencipta dan Pemberi rizqi yang dapat memberi maupun menahannya, dapat merendahkan serta mengangkat derajat hamba-Nya, dan dapat menghidupkan serta mematikan.
Oleh karena itu wajib meng-Esa-kan ALLOH dalam semua sisi peribadahan.
Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik dan semua aliran sesat yang sama sekali tidak menghormati dan mengagungkan ALLOH dengan penghormatan dan pengagungan yang semestinya.
Mereka yang tidak mengakui ke-Esa-an, sehingga mereka membuat sekutu-sekutu bagi ALLOH, membuat perumpamaan-perumpamaan bagi ALLOH, berburuk sangka kepada ALLOH, mencela serta meremehkan Rububiyah ALLOH dan melakukan pelanggaran terhadap tujuan diciptakannya manusia; yaitu mentauhidkan ALLOH, tunduk dan patuh dengan melaksanakan semua peribadatan kepada ALLOH.

Al Ahad juga disebut ketika ALLOH mensucikan diri-Nya dari anggapan-anggapan dan tuduhan bahwa ALLOH SWT adalah salah satu dari yang tiga dan menjadikan seseorang sebagai anak.
Sungguh Maha Suci ALLOH dari tuduhan itu.

ALLOH SWT berfirman:
Kalau sekiranya ALLOH hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya.
Maha Suci ALLOH.
Dialah ALLOH Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
QS. Az-zumar (39)/4

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya ALLOH salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang benar selain dari Ilah Yang Esa.”
QS. Al-Mâidah (5)/73

Dengan Al Ahad pula ALLOH Azza wa Jalla menjelaskan aqidah orang-orang musyrik.

ALLOH SWT. berfirman: “Janganlah kamu mengibadahi dua tuhan; sesungguhnya Dialah Ilah Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.
QS. an-Nahl (16)/51

Sabtu, 25 Agustus 2018

Al-Wahid - Yang Maha Esa


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya...
Dan jika mati...
Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...


ALLOH SWT berfirman:

وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ   ۚ  لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ

Dan ilahmu adalah ilah Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Dia Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.
QS. al-Baqarah (2)/163

Al wahid disebutkan di beberapa ayat dalam al-Qur’ân, diantaranya.

Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah ALLOH Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa ?
QS. Yusuf (12)/39

Dan sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain ALLOH Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.
QS. Shad (38)/65

Hanya ALLOH SWT sajalah yang memiliki sifat Mulia, Agung dan Besar.
ALLOH Azza wa Jalla (Yang Maha Perkasa dan Maha Agung) satu-satunya sesembahan yang berhak untuk diibadahi, tidak boleh dipersekutukan dalam hal cinta dan pengagungan.

Dialah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang agung sifat-Nya, sehingga hanya ALLOH SWT yang layak untuk menyandang segala kesempurnaan.
Tidak ada satu maklukpun yang mengetahui sifat ALLOH Azza wa Jalla atau sebagian dari sifat-Nya dengan sempurna.

Dengan demikian bagaimana mungkin seseorang akan dapat menyerupai sebagian dari sifat-Nya.

ALLOH SWT juga menggunakan nama al-Wahid ketika menjelaskan bahwa keMaha-Esaan-Nya adalah inti da'wah dan inti risalah semua Rosul,
sebagaimana firman-Nya:
Katakanlah, “Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah, ‘Bahwasanya ilahmu adalah Ilah Yang Esa, maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya).
QS. al-Anbiyâ’ (21)/10

Al wahid juga disebut ketika ALLOH mensucikan diri-Nya dari anggapan-anggapan dan tuduhan bahwa ALLOH SWT adalah salah satu dari yang tiga dan menjadikan seseorang sebagai anak.
Sungguh Maha Suci ALLOH dari tuduhan itu.

ALLOH SWT berfirman :
Kalau sekiranya ALLOH hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya.
Maha Suci ALLOH.
Dialah ALLOH Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
QS. az-Zumar (39)/4

Juga ketika ALLOH menjelaskan keagungan, kekuasaan dan tunduknya semua makhluq kepadaNya pada hari kiamat, ALLOH berfirman:
Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi ALLOH.

(Lalu ALLOH berfirman):“Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?”
Kepunyaan ALLOH Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
QS. al-Mu’min (40)/16

ALLOH SWT adalah satu-satu-Nya yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia, maka tidak ada satu dzatpun yang bisa menjadi serikat-Nya, tidak ada yang dapat menyerupai-Nya.
Tidak ada satu akalpun yang dapat mengetahui hakikat ALLOH Azza wa Jalla, bahkan kesempurnaan apapun yang terlintas dalam benak makhluk, maka ALLOH SWT lebih besar dan lebih agung dari itu semua.
Sifat ALLOH yang sempurna,tidak ada satu sifat yang menunjukkan kemuliaan dan keindahan melainkan sifat tersebut telah dimiliki ALLOH Azza wa Jalla, karna hanya ALLOH lah yang memiliki sifat sempurna secara mutlaq dan tidak ada kekurangan sedikitpun pada-Nya.
Bahwa semua sifat yang ALLOH Azza wa Jalla miliki, merupakan sifat-sifat paling agung yang berada pada puncak keagungan.
Maka bagi-Nyalah pendengaran paling sempurna dan penglihatan paling sempurna.
Semua sifat-Nya adalah sifat paling sempurna.
Sebagaimana ALLOH berfirman:
Dan ALLOH mempunyai sifat yang Maha Tinggi.
QS. an-Nahl (16)/60

Maha sucinya ALLOH dari segala kekurangan dan aib, karena itu merupakan sifat para makhluk, sementara ALLOH adalah Dzat yang memiliki sifat sempurna, agung dan mulia tanpa ada satu makhlukpun yang semisal dengan-Nya
Wajib meng-Esakan ALLOH dan ikhlas dalam beribadah, serta meyakini bahwa ALLOH Azza wa Jalla satu-satunya Pencipta dan Pemberi rizqi yang dapat memberi maupun menahannya, dapat merendahkan serta mengangkat derajat hamba-Nya, dan dapat menghidupkan serta mematikan.
Oleh karena itu, wajib meng-Esakan ALLOH Azza wa Jalla dalam semua sisi peribadahan.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya...

Senin, 20 Agustus 2018

AL-MAJID - Maha Mulia dan Luhur Dzat-Nya



ALLOH SWT berfirman:

وَهُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ
ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدُ

"Dan Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,"
"yang memiliki 'Arsy, lagi Maha Mulia,"
QS. Al-Buruj (85)/14-15

AL-MAJID menunjukan adanya sifat-sifat kemulian, kebesaran dan keagungan bagi ALLOH ‘Azza wa Jalla.

Inilah makna ucapan seorang hamba:
“Tiada sesembahan yang benar selain ALLOH dan ALLOH Maha Besar.”

Kalimat “Tiada sesembahan yang benar selain ALLOH” menunjukkan ketuhanan-Nya dan kesendirian-Nya dalam sifat ketuhanan tersebut.
Ketuhanan-Nya mengharuskan kecintaan terhadap-Nya secara sempurna.
Kalimat “ALLOH Maha besar” menunjukkan keagungannya.

AL-MAJID adalah dzat yang memiliki banyak sifat yang agung lagi mulia.
Nama ini maknanya kembali kepada kebesaran sifat-sifat-Nya, banyaknya, serta luasnya sifat tersebut, keagungan kerajaan-Nya dan kekuasaan-Nya, keesaan-Nya dalam kesempurnaan yang mutlak, keagungan yang mutlak, dan keindahan yang mutlak, dimana tidak mungkin bagi hamba-hamba-Nya untuk meliputi sifat-Nya walau sedikit saja dari-Nya.
Dia Maha besar atas segala sesuatu, Maha Agung atas segala sesuatu, Maha Mulia, dan Maha Tinggi atas segala sesuatu.

Itulah Robb kita, sesembahan kita, kepada-Nya kita tunduk, kepada-Nya kita bungkukkan tubuh kita dalam rukuk,
kepada-Nya kita letakkan dahi kita dalam sujud.
Kepada-Nya kita tengadahkan dua telapak tangan kita dalam doa, memohon segala hajat kita dan mengadukan segala urusan kita.

Demi-Nya kita jalankan syariat ini dengan selalu merasa diawasi oleh-Nya.
Demi-Nya kita tinggalkan segala perbuatan yang dilarang-Nya dengan selalu merasa diawasi oleh-Nya.
Dia Maha agung lagi Mulia.
Semua yang kita lakukan karena-Nya tidak akan sia-sia.

Sungguh, mereka yang tidak mau tunduk, rukuk, dan sujud kepada-Nya, enggan untuk taat kepada-Nya, dan tetap bermaksiat kepadanya; mereka tidak menghormati ALLOH ‘Azza wa Jalla dengan semestinya.

ALLOH SWT berfirman:
"Dan mereka tidak mengagungkan ALLOH sebagaimana mestinya padahal Bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan."
QS. Az-Zumar (39)/67

Al Maajid adalah dzat Yang Maha Mulia, Kemuliaan-Nya diatas semua makhluk-makhluk-Nya.
Kemuliaan-Nya abadi untuk selama-lamanya dan tidak mengalami perubahan sedikitpun.
ALLOH Yang Maha Mulia, DIA memperlihatkan Kedermawanan dan Kemurahan-Nya kepada orang orang yang dekat kepada-Nya.

ALLOH SWT memberikan kita lebih banyak dari yang kita butuhkan dan juga karunia sifat baik, yang membuat kita mampu mengerjakan perbuatan perbuatan baik.
ALLOH SWT  akan mencintai dan memuliakan kita atas sifat yang telah DIA berikan dan memberikan imbalan kepada kita dengan mengampuni dosa dan kesalahan kita.

DIA menyembunyikan dosa dan kesalahan kita dari orang lain dan bahkan dari diri kita sendiri.
ALLOH menerima tobat kita, melindungi hak hak kita, meringankan kesulitan kesulitan kita, menyediakan jalan bagi kedamaian, kebahagiaan dan keselamatan kita.

Seorang hamba yang mengingat kemurahan ALLOH Yang Maha Agung seharusnya mencintai-Nya, mematuhi perintah-Nya dengan ikhlas dan merasa takut kepada-Nya dengan mencintai- Nya karena takut kehilangan rahmat dari sang kekasih.

Al Majid dipakai untuk menyifati Al-Qur'an, yaitu sebagaimana dalam firman-Nya:
"Qaaf. Demi Al-Qur'an yang mulia."
QS. Qaf (50)/1

AL-MAJID digunakan juga untuk menyifati Al-Qur’an.
Ayat berikut ini merupakan Isyarat, bahwa jalan untuk meraih keselamatan, sukses, kejayaan, kebahagiaan, dan kemuliaan adalah dengan mengikuti petunjuk Al-Qur’an.

Sebagaimana dalam firman-Nya:
"Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus.
Maka ikutilah!
Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa."
QS. Al-An'am (6)/153

Penggunaan kata AL-MAJID untuk menyifati Al-Qur’an memberi pengertian bahwa Al-Qur’an adalah puncak dari segala kebenaran, kebaikan, dan keindahan.
setelah Al-Qur’an, tidak ada lagi wahyu yang diturunkan ALLOH, sebab Al-Qur’an sudah sampai pada batas tertinggi, merupakan kalam ILAHI yang tiada tandingnya lagi.
Bahkan, ALLOH SWT menantang siapa pun untuk membuat yang sama, jika mampu.

ALLOH SWT berfirman:
"Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain."
Q.S. Al-Isra' (17)/88

Bagi ALLOH, sifat AL-MAJID adalah suatu yang niscaya.
Menurut Al-Ghozali, tidak ada  seorangpun yang memiliki kombinasi dari tiga kemuliaan selain ALLOH.
Karenanya, mustahil
bagi manusia, jin dan malaikat menyandang sifat AL-MAJID.
Tidak ada yang mampu Menggabungkan ketiga Kemuliaan yang terangkum dalam sifat AL-MAJID.
Kombinasi tiga kemuliaan Itu adalah:
(1) Mulia dzatnya,
(2) Indah perbuatan-Nya, dan
(3) Banyak anugerah-Nya.

Sungguh pun demikian, Kita tetap berusaha untuk meneladani sifat AL-MAJID semampunya.
Kita berusaha untuk bersungguh-sungguh mencapai kemuliaan tanpa meminta untuk dipuji manusia, karena kemuliaan kita dI depan manusia tidak berarti apa-apa di sisi ALLOH, Sebab bagaimanapun hebatnya, di hadapan ALLOH kita adalah hamba yang hina dina.

Kita tidak bisa mengurus diri sendiri selain bergantung kepada-Nya.
Kita tersesat kecuali atas petunjuk-Nya.
Kita bodoh tanpa ajaran-Nya.
Kita hina tanpa Kemuliaan-Nya.
Kemuliaan itu adalah milik ALLOH yang dikaruniakan kepada mereka yang dikehendakinya.
Jika DIA berkehendak memuliakan seseorang, maka tidak ada kekuatan manapun yang bisa menghalanginya.

Demikian pula sebaliknya, jika ALLOH menghendaki kehinaan pada diri seseorang, maka tiada kekuatan apapun yang bisa mencegahnya.

Sebagaimana dalam firman Nya:
"agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama ALLOH pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rizqi yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak.
Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir."
Q.S. Al-Hajj (22)/28

Jumat, 17 Agustus 2018

Nasehat Bijak


Sebatang pohon dapat membuat jutaan batang korek api..
Tapi satu batang korek api, dapat membakar jutaan pohon
Jadi satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif....

Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak,
Oleh karena itu setiap ada gesekan kecil, sang korek api terus terbakar.
Kita juga mempunyai kepala dan juga otak,
Kita tidak perlu mudah terbakar marah hanya karena gesekan kecil.

Ketika burung hidup, ia makan ulat..
Ketika burung mati,  ulat makan burung.
Waktu terus berputar, roda kehidupan terus berlaku.
Jangan merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita...

Kita mungkin berkuasa,  tapi jauh lebih sangat berkuasa Alloh daripada kita...

Waktu kita sedang berjaya, banyak teman baru di sekeliling kita.
Waktu kita susah, baru kita kenal siapa sahabat kita....
Waktu sakit parah, baru kita tahu bahwa nikmat sehat itu sangat bernilai jauh melebihi harta.

Ketika kita tua, kita baru tahu bahwa masih banyak yang belum kita kerjakan
Setelah diambang ajal,  kita baru tahu begitu banyak waktu yang terbuang sia-sia...

Hidup tidaklah lama, sudah saatnya kita bersama sama membuat hidup lebih berharga,
Saling menghargai, saling menghormati,saling memberi, saling membantu, saling menyayangi
Karena setelah mati...
Semua tidak berarti lagi
Alloh SWT mengingatkan kita:
"Wahai manusia!
Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.
Sungguh, janji Alloh pasti benar, janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan Dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Alloh."
Q.S. Luqman (31)/33

Rabu, 08 Agustus 2018

Belajar Taqwa Kepada Sahabat Rosululloh, Ali bin Abi Thalib rodiyallohu anhu


Semoga ALLOH subhanahu wa ta'ala snantiasa memberikan tuntunannya kepada kita semua...
Serta kita snantiasa hidup dalam ridho Nya baik di Dunia hingga di Akhirat.

Mari Kita Belajar Taqwa Kepada Sahabat Rosululloh, Ali bin Abi Thalib rodiyallohu anhu

Setelah masuk Dien Islam, Ali bin Abi Thalib memiliki kpribadian yang begitu loyal terhadap segala yang berkaitan dengan kpentingan Dien Islam..
Ali bin Abi Thalib ra merupakan salah satu dari empat sahabat utama Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Sifat kepribadian yang Patut kita contoh dari sahabat Ali bin Abi Thalib rodiyallohu anhu adalah:

1. Pemberani
Ali merupakan sosok yang sangat pemberani.
Di usia yang sangat muda Ali sudah mengikuti perang bersama Rosululloh baik di perang Badar dan Uhud.
Ali bagikan elang ganas yang menyerang ke dalam kepungan musuh tanpa ada rasa takut.
Ali juga yang selalu mewakili dari Kaum Muslimin untuk duel melawan kaum Kafir sebelum dimulainya peperangan.

2. Cerdas
Ali merupakan sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rosululloh baik perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi.
Sayyidina Ali mempunyai kemampuan kuat hapalannya serta beliau juga salah satu sahabat yang hafal al-Qur'an.

3. Berwawasan Luas
Ali merupakan orang yang pintar dan cerdik.
Kepintaran ali pernah disampaikan dan dipuji Rosululloh.
Dalam sebuah hadits Rosululloh bersabda:
"Aku adalah Kotanya Ilmu dan Ali ialah Pintunya.
Dan tidak lah bisa apabila ingin memasuki kota tanpa melewati pintunya".

4. seorang yang zuhud.
Ali bin Abu Thalib tak sedikit pun terpesona dan terlena dengan kehidupan dunia.
Ia benar-benar mengatahui hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Oleh karena itu, ia mampu mengendalikan perhiasan dunia yang begitu menggoda.
Itulah cahaya kezuhudan yang tertanam dalam jiwanya.

Ketika memangku jabatan khalifah, ia diminta untuk tinggal di istana Negara sebagai Amirul Mukminin.
Sebuah gedung yang tinggi, sangat indah, megah dan mempesona. Ketika melihatnya, secara spontan ia berpaling ke belakang seraya berkata:
“..... Aku tidak sudi tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya!”

Begitulah, beliau menolak untuk tinggal di istana.
Beliau tetap tingga di rumahnya yang sangat sederhana sampai berpisah dengan dunia.

Kekhalifahan tidak lah menambah kemuliaannya, justru beliau yang memperindah kekhalifahan dengan keadilan, zuhud, dan ilmunya.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ahmad bin Hambal: “Sesungguhnya kekhalifahan tidaklah menghiasi Ali, justru beliaulah yang menghiasiasi kekhalifahan tersebut.”

5. Sifatnya yang Rendah Hati.
Ali bin Abu Thalib pernah membeli kurma dengan harga satu dirham, maka ia menjinjingnya sendiri. Kemudian banyak orang yang menawarkan diri untuk membantunya.
Maka, Ali berkata:
“Tidak! Seorang kepala keluarga lebih berhak untuk membawanya sendiri.” (HR. Ahmad)

Allohu Akbar...
betapa tingginya sifatnya.
Betapa jelas sikap kelembutan pada rakyatnya.
Ialah Amirul Mukminin yang menjinjing belanjaannya sendiri, berjalan di pasar bersama rakyatnya, tidak ridho atas bantuan orang yang menawarkan bantuannya, sebab ia merasa mampu dan tidak membutuhkan bantuan tersebut.

Sifat rendah hatinya ini didasari oleh keyakinannya pada urgensi dari akhlak tersebut.
Ia yakin bahwa sikap rendah hati akan mempengaruhi masyarakat sekitar sehingga mereka pun merasa senang dan bahagia hidup bersama.
Bahkan, inilah satu sikap yang diperintahkan oleh ALLOH kepada Rosul-Nya, Nabi Muhammad saw.

ALLOH SWT berfirman:
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
Q.S. Asy-Syu'ara (26)/215

6. Bersikap Bijaksana.
Sudah diketahui bahwa Ali bin Abu Thalib memiliki sikap yang tegar dan kuat pendirian dalam membela kebenaran.
Setelah dipilih menjadi khalifah, ia cepat mengambil tindakan dengan segera mengambil perintah yang menunjukkan ketegasan sikapnya, di antaranya:
a. Memecat beberapa gubernur yang pernah diangkat oleh Utsman bin Affan yang berasal dari Bani Umayah.
Sebab, menurut ijtihad Ali bin Abu Thalib mereka adalah penyebab terjadinya fitnah dan kerusuhan.
b. Mengembalikan tanah-tanah dan hibah dalam jumlah yang sangat besar kepada para pemilik tanah sebelumnya.

7. Bersikap Adil walaupun kepada Musuh.
Ashim bin Kulaib pernah meriwayatkan tentang keadilannya tentang anak-anaknya.
Ia berkata:
“Pada suatu hari, Ali bin Abu Thalib datang dari Ashbahan membawa harta, maka ia membagi harta itu menjadi tujuh bagian.
Kemudian ia pun membagi rotinya menjadi tujuh bagian sebagaimana ia membagi hartanya.
Kemudian mengundi ketujuh anaknya tersebut, siapa pun nama mereka yang keluar, maka akan mendapatkan bagian untuk pertama kali.”

Akhlak Ali bin Abu Thalib sangat luas, sampai-sampai mencakup pada orang-orang yang sangat memusuhinya, bahkan yang sangat membahayakannya sekalipun, yaitu Abdurrahman bin Muljam yang telah menikamnya.
Amirul mukminin telah memerintahkan kepada anaknya untuk berbuat baik kepadanya, memberikan makanan dan minuman yang baik serta tidak memotong mayatnya jika dihukum mati.
Ia mengatakan kepada mereka tentang Abdurrahman bin Muljam:
“Sesungguhnya ia adalah tawanan, maka baguskanlah jamuannya dan muliakanlah tempatnya.
Jika aku hidup, maka aku akan membunuhnya atau memaafkannya.
Jika aku mati, maka bunuhlah ia dan janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya ALLOH tidak menyukai orang-orang yeng melampaui batas.”
 (HR. Ahmad)

Itulah sifat keteladanan dari pribadi sahabat Ali bin Abi Thalib yang bisa kita contoh dalam hidup kita.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.

Senin, 06 Agustus 2018

Al-Qoyyum - Yang Maha Berdiri Sendiri


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya...
Dan jika mati...
Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

*Al-Qoyyum*
Yang Maha Berdiri Sendiri

ALLOH SWT berfirman:

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

ALLOH, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di Langit dan di Bumi.
Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi ALLOH tanpa izin-Nya
ALLOH mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu ALLOH melainkan apa yang dihendaki-Nya.
Dan kursi ALLOH meliputi Langit dan Bumi
Dan tidak merasa berat memelihara keduanya, dan ALLOH Maha Tinggi lagi Maha Besar.
QS. Al-Baqarah (2)/225

Al-Qayyum artinya ALLOH berdiri sendiri dalam mengatur segala sesuatu, menjaganya, dan memberinya rezeki.
ALLOH Al Qoyyum tidak penah lemah, tidak pernah letih, tidak pernah butuh, tidak pernah istirahat, tidak pernah lalai walau sesaat pun, tidak penah ngantuk, dan tidak pernah tidur.

ALLOH SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.”
Q.S. Qaf (50)/38

Sifat ALLOH AL Qoyyum menunjukkan Kesempurnaan ketidakbutuhan-Nya dan kebesaran-Nya.
Dia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan seluruh makhluk, sehingga tidak butuh sesuatu pun, baik dalam hal adanya maupun dalam hal eksistensinya.
Demikian pula dalam sifat kesempurnaan-Nya dan perbuatan yang muncul dari-Nya.
Karena ketidakbutuhan-Nya bersifat dzati, Dia tidak akan ditimpa kekurangan ataupun rasa butuh.
ALLOH berdiri sendiri dengan sifat kemuliaan-Nya dan tidak bergantung pada satu pun makhluk-Nya.
ALLOH yang mengatur Bumi dan Langit serta segala makhluk di dalamnya.
ALLOH tidak butuh pada makhluk, bahkan makhluk yang butuh pada-Nya.
Konsekuensi dari nama ALLOH Al-Qayyum, ALLOH itu berdiri sendiri.
ALLOH juga mengatur setiap makhluk-Nya.
ALLOH yang mengatur rezeki mereka.
ALLOH yang mengatur urusan mereka, dan ALLOH akan mengumpulkan dan menghisab mereka pada hari kiamat.

Seluruh sifat kesempurnaan dalam perbuatan-Nya yang tidak ada kesempurnaan bagi-Nya kecuali dengan sifat Al-Qayyum.
Dialah yang selalu mengatur mahluk-Nya.
Seluruh yang ada di Alam ini membutuhkan-Nya, tidak mungkin tidak, walau sesaat saja, makhluk lah yang butuh kepada-Nya dalam hal keberadaannya, ALLOH ‘Azza wa Jalla lah yang memberikan kepadanya sebab-sebab eksistensinya, tidak ada sesuatu pun dalam alam ini seluruhnya kecuali dalam bantuan-Nya.
ALLOH Yang mengurus segala perkara atau urusan  makhluk-Nya.
Dialah yang berdiri sendiri, agung sifat-Nya, dan tidak memerlukan apapun dari makhluk-Nya.

Menegakkan bumi, langit, dan segala makhluk yang ada di antara keduanya.
Dialah yang mengadakannya dan menolongnya serta menyiapkan bagi segala sesuatu yang membuat makhluk tetap ada di Bumi.

ALLOH SWT berfirman:
“Sesungguhnya ALLOH menahan Langit dan Bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain ALLOH.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
QS. Fathir (35)/41

Dia-lah Yang Maha Kaya dari semua makhluk secara mutlak dan merekalah yang berhajat kepada-Nya secara mutlak.

ALLOH SWT berfirman:
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”
Q.S. Ar-Rahman (55)/29

Dia selalu mengatur dan memerhatikan urusan makhluk-Nya, tidak mungkin Dia lalai sesaat pun dari mengawasi mereka, kalau tidak demikian maka akan kacau aturan alam dan akan hancur tonggak-tonggaknya.

ALLOH ‘Azza wa Jalla berfirman:
Katakanlah, “Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (ALLOH) Yang Maha Pemurah?”
Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Robb mereka.
QS. Al-Anbiya (21)/42

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya...

Kamis, 02 Agustus 2018

Ma'rifatul Insan


"Man arofa nafsahu arofa robbahu"
(Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal siapa penciptanya)

I. Prinsip Penciptaan Manusia
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Insan :1
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.”(QS. 76:1)
Allah SWT berfirman dalam QS. Maryam :67
“Dan tidaklah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu sedang ia tidak ada sama sekali.” ( QS. 19:6)

Kedua ayat diatas dimulai dengan kalimat istifham, yang menuntut perhatian supaya manusia memikirkan diri dan proses kejadiannya,sehingga dengan itu, ia akan berlaku dengan benar dalam kehidupan didunia ini sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia adalah bukan apa-apa, tidak ada, tidak wujud, dan tidak berbentuk. Kemudian atas Kehendak-Nya, ia diciptakan. Ihwal penciptaan manusia ini menunjukkan kemaha kuasaan Allah. Hal ini haru smenjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan-Nya, manusia bukanlah apa-apa.

II. Proses Penciptaan Manusia
Dalam proses penciptaan manusia terdapat dua proses, yaitu proses azali dan proses alami
A. Proses Azali
Proses azali adalah proses penciptaan manusia dimana peran ke-Maha Kun Fayakun-an Allah terjadi tidak ada sedikit pun campur tangan manusia. Seperti penciptaan Adam dari tanah liatyag dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang diciptakan tanpa seorang ayah.
Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al Hijr : 26, An Nisa’ : 1, dan QS. Ali Imron : 59
“ Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. ( QS. 15 : 26 )
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” ( QS. 4 : 1 )


“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” ( QS. 3 : 59 )

B. Proses Alami
Proses alami adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa kecuali Isa as, yaitu harus ada hubungan antara laki-laki dan perempua, bertemunya sel sperma dan telur dalam rahim perempuan.Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan,
Kemudian setelah sempurna kejadiannya, ia dilahirkan keatas dunis sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa dan tua, kemudian Allah wafatkan.
Perhatikan firman Allah SWT dalam QS. Al Mu’minun : 12-16
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, Sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”.
( QS. 23 : 12-16 )

III. Bahan dan Isi Dasar Manusia
A. Bahan Dasar
Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagai mana diterangkan dalam QS. As Sajadah :7-8

“Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.” ( QS. 32 : 7-8 )

Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat yang merupakan bahan terendah dan kurang berharga. Bila manusia mau memperhatikan asal kejadian ini , maka ia tidak akan pernah menyombongkan diri menentang dan mendurhakai Allah penciptannya.


B. Isi Dasar
Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut, kemudian Allah mengisi dengan sesuatu yang sangat tinggi nilainya yaitu ruh ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Sajdah : 9

“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia
diberi ruh ciptaan-Nya.

Dari dua asal yang sangat berbeda tersebut menunjukkan dua hal yang berbeda. Jasad manusia yang diciptakan dari bahan dasar tanah,maka ia memiliki kecenderungan yang kuat pada tanah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam QS. Ali Imron : 14
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak[186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). ( QS. 4: 14 )

Sedangkan ruh ( jiwa ) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk Allah yaitu Ad Dien, jalan menuju taqwa. Perhatikan firman Allah dalam QS. Ali imran :

“Katakanlah: "Inginkah Aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.”

IV. Potensi dasar Manusia
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah atanya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) maupun potensi eksternal (potensi yang disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk menjalankan tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu ia harus diolah dan didayagunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.
A. Potensi internal
Potensi internal adalah potensi yang menyatu dalam diri manusia sendiri. Potensi ini terdiri dari:
1. Potensi Fitriyah
Manusia diberikan Allah potensi fitriyah. Makna fitri adalah Al-Islam, sebagaimana dijelaskan dalam ayat dan hadist berikut ini. Perhatikan firman Allah dalam QS. Ar Ruum : 30

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah0 ama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” ( QS. 30:30 )

Berkenaan dengan ayat tersebut Rosulullah bersabda :
“ Dari Abu Hurairah ra. Bersabda Rasulullah SAW., “ Tiada bayi yang dilahirakan kecuali lahir dalam keadaan fitrah. Maka ayah bundanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana lahirnya binatanga yang lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir terputus telinganya? Kemudian Abu Hurairah membaca, “ Ftrah Allah yang telah mencip[takjan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.” ( HR. Mutafaqun ‘Alaih )

Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi lantaran Dienullah. Kalau ia gunakan potensi ini, ia akan senantias berjalan diatas jalan yang lurus, karena Allah membimbingnya semenjak dalam ruh (kandungan). Perhatikana firman Allah dalam QS. Al A’raf : 172
“ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)", ( QS. 7 : 172)

2. Potensi Ruhiyah
Potensi ruhiyah adalah potensi yang dilekatkan pada hati nuraniuntuk membedakan dan memilih jalan yang haq dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan.
Allah berfirman dalam QS. Asy Syam : 7-8
“ Dan jiwa serta penyempurnaanya (citaanya), maka Allah mengilhamkan kepad jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan.” ( Qs. 91 : 7-8)

Didalam hati setiap manusi telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (keselahan). Dari kemampuan ini Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Wabishah bin Ma’bab berkata : “saya datang kepada Nabi SAW untuk bertanya tentang bakti ( al-birri). Maka sebelum saya bertanya Nabi bertanya, “ kau datang untuk bertanya tentang bakti? Jawabku : ya. Bersabda Nabi SAW, “tanyakan pada hatimu. Bakti itu adalah pernuatan yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan jiwa. Sedangkan dosa itu adalah perbuatan yang menimbulkan keraguan dalam hati dan jiwa. Meskipun telah mewndapat fatwa dari orang.”

Hadist tersebut mewnunjukkan bahwa potensi ruhuyah inilah yang menentukan arah kehidupoan manusia.
3. Potensi Aqliyah
Potensi aqliyah terdiri dari panca indra dan akal [pikiran ( sama’, bashor, dan fu’ad). Dengan potensi ini manusia dapat membuktikan dengan daya nalara dan ilmiah tentang kekuasaan Allah. Dengan potensi ini pulalah manusia dapat mempelajari dan memahami dengan benar seluruh hyal yang bermanfa\at baginya, yang tentu harus diterima dan hal ayng madhorat baginya yang tentu harus dihindari.
Allah berfirman dalam QS. An Nahl : 78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur” ( QS. 16 : 78 )

Potensi inilah yang diminta pertanggung jawaban oleh Allah. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS. Al Isra’ : 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa-apa yan gkmau tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.”
( QS. 17 : 36 )

Manusia yang tidak menggunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiskan kelebihan dan keutamaan yang Allah berikan, sehingga tidak pantas mendapat fadhal di sisi Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak bahkan lebih hina lagi.

Allah berfirman dalam QS. Al A’raf : 179
“Dan sesungguhnya Kami jadikan isi neraka jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahakn mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. ( QS. 7 : 179)

4. Potensi Jasmnani
Potensi jasmani yaitu kemampuan tubuh manusi yang telah Allah ciptakan denga sempurna, baik rupa, kekuatan maupun kemampuan.
Allah berfirman dalam QS. At Tin : 4
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( QS. 95 : 4)

Allah juga berfirman dalam QS. AL Taghabun : 3
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, Dia menciptakan rupamu dan dibaguskan-Nya rupoamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kamu kembali(mu)” ( QS. 64 : 3)
Potensi jasmaniah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagi modal utama manusia untuk melaksanakan tugasnya.

B. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga menyertakan potensi eksternal sebagi pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan kehndak-Nya. Tanpa arahan potensi eksternal ini, maka potensi internal tidak akan memebuahkan hasil yang diharapkan.
1. Potensi Huda
Yaitu petunjuk Allah yang mempertewgas nilai kebenarean yanh Allah turunkan kepada Rosul-Nya untuk membimbing masnusia kejalan yang lurus.
Allah juga berfirman dalam QS. Al Insan : 3
“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada yang kafir.” ( QS. 76 :3 )

Allah juga berfirman dalam QS. Al Baqarah : 38
“Kami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu ! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

2. Potensi Alam
Alam semesta adalah merupakan eksteranal kedua untuk membimbing umat manusia melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran.
Allah berfirman dalam QS. Ali Imran : 190-191
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda-tanda bgi orang-orang yang berakal. (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka menmikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata) :”Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” ( QS. 3 :190-191)

Allah juga berfirman dalam QS. Al Baqarah : 21-22
“ Hai manusia, sembahlah Tuhanmu ayng telah menciptakan kamu dan orang-orangsebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Dia lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lal Dia menghasilkan dari air hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal akmu mengetahui” ( QS. 2: 21-22 )
V. Tujuan penciptaan manusia.
Allah SWT telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main tetapi dengan tujuan yang haq. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai pertanggungjawaban.

Allah berfirman dalam QS. Al Mu’minun : 115
“Maka apakah akmu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?.” ( QS. 23 : 115 )
Tujuan penciptaan manusia adalah mengabdi kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Allah berfirman dalam QS. Adz Dzaariyaat : 56
“Dan tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.”(QS. 51 : 56 )

VI. Fungsi dan Tugas Manusia di Bumi
A. Fungsi Manusia
Fungsi manusia adalah sebagai khalifah dimuka bumi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Baqarah : 30
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. “ Mereka berkata :”Mengapa engkau hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”Tuhanmu berfirman :” Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. 2 : 30 )
Arti khalifah fil ardhi adalah mandataris Allah untuk melaksanakan hukum-hukum dan merealisasikan kehendak-kehendak-Nya di muka bumi. Manusia telah dipilih Allah sebagai khalifah-Nya. Untuk melaksanakan fungsi itu, Allah mengajarkan manusia ilmu ( asmaun kullaha ).
B. Tugas Manusia
Tugas manusia adalah memelihara amanah yang telah Allah pikulkan kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikulnya.
Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab : 72
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menkhianatinyadan dipukullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”

Amanah Allah itu berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia dibumi ini. Sebagaimana Allah tegaskan kjepada nabi Daud as. Dalam QS. Shaad : 26
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) dimuka bumi, maka berikan keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatakan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” ( QS. 38 : 26 )

Untuk menunaikan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini manusia harus mengerahkan segala potensi (baik internal maupun eksternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban dengan jiwa dan hartanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkorban, maka tugas manusia untuk mewujudkan tugas kekhalifahan dan menegakkan hukum-Nya pasti akan dapat terwujud.

Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas, enggan merealisasikan tugas dan perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan zalim
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al ahzab : 72
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menkhianatinyadan dipukullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” ( QS. 33 : 72)

VII. Sifat Dasar Manusia dan Cara Mengatasinya
Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatif. Yang apabila tidak diarahkan kearah yang positif, maka akan menjatuhkan dirinya kedalam kerugian.

Allah berfirman dalam QS. Al Ashr : 1-3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menepati kebenaran.” (QS. 103 : 1-3)

Hal ini merupakan masalah yang sangat serius, karena apabila manusia tetap pada tabiat dasar itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang untuk mnegatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah dan melaksanakan amal sholeh, serta saling nasehat menasehati untuk tetap dalam haq dan kesabaran.

Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya :
A. Keluh kesah dan kikir
Allah berfirman dalam QS. Al Ma’arij : 19-21
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. 70 : 19-21)
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantisa kurang dan tidak cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah –musibah yang menimpanya. Apabila sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap su’udzon kepada Allah sehingga mengingkari nikmat yang Allah berikan.

Untuk itu, sifat ini harus diluruskan dan diarahkan pada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan sholat dan amalan-amalan sholeh lainnya. Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfaqkan hartanya kepada fakir miskin, mendirikan sholat, menjaga atau menutup aurat.

Allah berfirman dalam QS. Al Ma’arij : 22-35
“ Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, Dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena Sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya). Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu (kekal) di syurga lagi dimuliakan.”
B. Lemah
Allah berfirman dalam QS. An Nisa’ : 28
“Allah hendak memberi keringanan-keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah “(QS. 4 : 28)

Dengan tabiat kelemahannya itu, Allah memberikan keringanan dan kemudahan baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan dan keringanan yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai dengan keadaannya.

Allah berfirman dalam QS. An Najm : 39
“Dan bahwasanya manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
C. Susah Payah.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadaqpinya sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Balad : 4
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia berada dalam susah payah” ( QS. 90:4 )

Untuk mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan manusia diatas manusia. Apabila manusia enggan mengadakam perjuangan, maka ia akan senantiasa berada didalam kesusahpayahan itu. Oleh karene itu, ia harus bangkit menggunakan potensi yang ada dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan tersebut. Allah berfirman dalam QS. Al-Balad : 10-20

“ Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan, Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (Tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.”


D. Tergesa-gesa
Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 11
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”

Tergesa-gesa ialah ingin mendapat atau mencapai sesuatu dengan segera tanpa melalui preses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaan itu, maka manusia sering terjerembab kejalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Kerena tergesa-gesa merupakan sifat negatif, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan kejalan yang benar.

Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam QS. Al-Ahqof : 35

“Maka Bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul Telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.”

III. Musuh Besar dan Teman Sejati Manusia
A. Musuh Manusia
Musuh besar manusia adalah syaitan (iblis laknatullah) dan golongannya, yaitu orang yang mengikuti jalan kesesatan. Mereka senantiasa meniupkan bisikan jahat (yuwaswisudurinnas) kedalam dada manusia. Al Quran telah mempertegas syaitan itu musuh yang harus benar-benar dijadikan musuh. Karena syaitan itu akan menggiring orang-orang yang menikutinya kedalam api neraka. Allah berfiman dalam QS. Faathir : 5-6
“ Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali jangan lah kehidupan dunia memperdyakan kamu dan sekeli-kali syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. ( QS. Faathir : 5-6 )

Pernyataan permusuhan iblis itu telah diproklamirkan dihadapan Allah ketika ia terusir dari surga.

Allah berfirman dalam QS. Al-Isra : 61-62
“Dan (ingatlah), tatkala kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalumereka sujud kecuali iblis. dia berkata: "Apakah Aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan Aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".

Orang-orang yang sesat dan mengikuti bujuk rayu syaitan mereka adalah hizbusysyaitan / golongan syaitan / partai syaitan. Mereka sangat giat menyuarakan kebatilan dan menghalangi tegaknya kebenaran. Mereka adalah manusia yang merugi dunia-akherat dan akan dilemparkan kedalam neraka jahannam.

Allah berfirman dalam QS. Al- Mujadillah : 19

“ Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi.”

Allah juga berfirman dalam QS. Al-Isra : 63

“Tuhan berfirman: "Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.”

B. Teman Sejati Manusia
Adapun teman sejati manusia adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang melaksanakan syariat-Nya. Yang konsisten menegakkan kebenaran. Mereka adlah hizbullah dan hanya hizbullah yang meraih kemenangan.
Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadilah : 22

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan[1462] yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”

Dengan demikian, jelas siapa yang harus dijadikan kawan dan siapa yang harus dijadikan lawan. Maka hendaklah manusia mengambil kawan yang layak dijadikan kawan dan menjadikan lawan siapa yang layak dijadikan lawan. Dengan tegas Rasulullah SAW telah memperingatkan kepada kita bila hendak mengambil kawan : sebagaimana sabdanya :
“ Seseorang itu mengikuti Dien temannya, maka hendaklah ia memperhatikan siapa yang menemaninya” ( HR. Abu Dawud dan Tirmidzi )

Sabda nabi tersebut menerangkan bahwa seseorang itu akan mengikuti agama, kebiasaan, adat-istiadat, tabiat temannya. Hal ini menunjukkan batapa kuatnya pengaruh teman dalam membentuk dan mewarnai perilaku manusia, baik pengaruh kepada kebaikan maupun kepada keburukan. Karena sangat strategisnya teman ini maka apabila manusia ingin senantiasa dalam kebaikan, ia harus memilih teman yang baik, yang mukmin sejati.

IV. Pola Hidup Manusia Sepanjang Sejarah
Allah berfirman dalam QS. Al-Insaan : 2-3

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.Sesungguhnya kami Telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”
.
Didalam menyikapi nikmat yang Allah berikan kepadanya, manusia terpecah menjadi dua, yakni ada yang bersyukur dan ada yang kufur. Orang yang bersyukur itu adalah mukmin muttaqin. Mereka mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk menunjan gterpenuhinya kewajiban-kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya. Sedangkan manusia yang kufur ini terbagi menjadi 2, yaitu: yang jelas menyatakan kafir kepada Allah dan yang menampakkan keimanan sedang dalam hatinya ingkar, mereka adalah orang-orang munafik.

A. Pola Hidup Mukmin-Muttaqin
Mereka berjalan diatas petunjuk Allah, shirathal mustaqim. Senantiasa melaksanakan dan menjaga syareat-syareat Allah, menegakkan sholat, menginfaqkan hartanya dijalan Allah, mengimani kitab-kitab-Nya, mengimani hari akherat. Allah membimbing golongan ini karena ketaqwaannya diatas petunjuk-Nya dan memasukkannya kedalam surga-Nya.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 2-5

“Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Orang-orang mukmin-muttaqin rela mengorbankan seluruh hidupnya (harta dan ajiwanya) untuk mencari keridloan Allah. Sebagaiman firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 207
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

B. Pola Hidup Orang Kafir
Orang-orang kafir menjalani hidupnya dengan menolak wahyu (petunjuk) Allah dan memilih ideologi sesat, fastahabbul ‘alal huda (QS. 41 : 17). Mereka adalah orang yang tuli, pekak dan bisu, tidak mau mendengar peringatan, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 6-7

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Mereka mengikuti jejak para penentang kebenaran, iblis laknatullah, Fir’aun, Namrud, Abu Jahal dan lain-lain dengan menyombongkan diri, menolak wahyu Allah dan membuat kerusakan dimuka bumi. Mereka senantiasa menentang Allah dengan membuat tandingan-tandingan yang mereka sembah (agung-agungkan) dengan penuh kecintaan. Karena kekafirannya itu, Allah menutup hati mereka, membutakan mata mereka, menggiring mereka diatas jalan yang sesat dan memasukkan kedalam neraka jahannam, atau tempat kembali yang sangat buruk.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 165

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

C. Pola Hidup Orang munafik
Orang-orang munafik secara lahiriah beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan hari kiamat. Keimanannya ia persaksikan dengan sebenar-benarnya, tetapi mereka bukanlah orang yang beriman. Golongan ini hiudp ditengah-tengah kaum mukminin, mereka juga mendengar wahyu-wahyu Allah, namun hatinya berpenyakit, wahyu itu tdak bermanfaat sedikitpun baginya.

Orang-orang munafik ini tidak memiliki komitmen dan loyaitas yang jelas kepada islam sehingga mereka rela menukar hidayah Allah dengan kesesatan. Mereka tetap loyal kepada syaitan-syaitan mereka (musuh-musuh islam), mereka mengadakan makar untuk menghancurkan islam. Pola hidup orang munafik ini jelas diterangkan dalam QS. Al-Baqarah : 8-16
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka Hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”( QS. Al-Baqarah : 8-16)


Allah telah memberi perumpamaan tentang pola hidup mereka dalam QS. Al-Baqarah:17-20
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah : 17-20)


Betapa orang-orang munafik itu tidak dapat manfaat dari wahyu-wahyu Allah yang senantiasa diturunkan, karena keragu-raguan yang ada dalam hatinya. Yang mereka tangkap hanyalah kerasnya suara guntur yang memekakkan telinga, dan kilatan petir yang seakan membutakan matanya, ia menutup telinga dengan telunjuknya, sehingga tuli dan tidak dapat mendengar peringatanAllah yang terkandung didalamnya. Golongan ini beribadah kepada Allah berada ditepian, bergerak sesuai dengan situasi dan kondisi. Sekiranya menguntungkan, maka ia tetap dalam kondisi itu, tetapi manakala ia pandang merugikan dirinya, maka ia mundur kebelakang. Mereka terombang-ambing dalam keragu-raguan dan Allah masukkan mereka kedalam neraka jahannam.
Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj : 11
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”

Mari Kita Belajar Taqwa Kepada Sahabat Rosululloh, Ustman bin Affan rodiyallohu anhu


Semoga ALLOH subhanahu wa ta'ala snantiasa memberikan tuntunannya kepada kita semua...
Serta kita senantiasa hidup dalam ridho Nya baik di Dunia hingga di Akhirat.

Mari Kita Belajar Taqwa Kepada Sahabat Rosululloh, Ustman bin Affan rodiyallohu anhu

Setelah masuk Dien Islam, Ustman bin Affan memiliki kepribadian yang begitu loyal terhadap segala yang berkaitan dengan kepentingan Dien Islam..
Utsman bin Affan ra merupakan salah satu dari empat sahabat utama Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Sifat kepribadian yang Patut kita contoh dari sahabat Ustman bin Affan rodiyallohu anhu adalah:

1. Dermawan
Usman adalah sosok pribadi yang kaya raya dan suka mendermakan hartanya untuk kejayaan Dien Islam.
Utsman adalah saudagar kaya yang sangat dermawan.
Dan kekayaannya semata-mata beliau belanjakan untuk mencari dan mengharap keridloan Alloh.
Salah satunya untuk membangun dan menguatkan Dien Islam.
Beliau bahkan rela meninggalkan semua harta kekayaannya demi memenuhi panggilan Alloh dan Rosul-Nya yang memerintahkan kaum muslimin untuk hijrah ke Habasyah dan Madinah.
Ustman bin Affan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Misalnya:
A. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan harta kekayaannya untuk kepentingan agama dan masyarakat umum.
Oleh karena itu banyak peninggalan beliau yang masih bisa dinikmati oleh kaum muslimin hingga saat ini.
Salah satunya berupa sumur yang airnya jernih yang beliau beli dari seorang yahudi dengan harga 200 ribu dirham atau setara dengan 2.5 kg emas pada masa itu.
Dan beliau wakafkan sumur tersebut untuk kepentingan masyarakat umum yang kala itu sangat kekurangan air bersih.
Beliau juga yang memperluas Masjid Madinah dengan cara membeli tanah yang ada di sekitarnya.

B. Suatu ketika Rosululloh mengerahkan bala tentaranya saat perang Tabuk, khalifah Usman rela mendermakan 940 ekor unta, 60 ekor kuda, dan 10.000 dinar.
Diterangkan dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata:"Usman bin Affan menemui Nabi Muhamad untuk menyerahkan seribu dinar ketika beliau menyiapkan pasukan perang yang sedang menghadapi masa paceklik.
Usman menyerahkan uang itu, dan beliau bersabda :
"Usman tidak akan melarat karena apa yang dikerjakannya setelah hari ini", beliau mengucapkan hingga beberapa kali.
Dan masih banyak lagi peristiwa yang ia tidak segan-segan mendermakan kekayaannya demi keagungan Dien Islam.
Dan masih banyak lagi pengorbanan beliau untuk kepentingan  Dien Islam yang tidak bisa kita sebutkan satu persatu karena saking banyaknya.

2. Berjiwa Kepemimpinan Yang Tinggi
Seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.
Semasa Rosululloh masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah.
Hal itu berlangsung selama dua kali masa jabatan.
Yang pertama pada perang Dzatir Riqa, dan yang kedua saat Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam sedang melancarkan perang Ghatafan.
Hal itu dikarenakan Utsman merupakan salah satu sahabat yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.

3. Adil
Selain seorang yang dermawan, Usman juga orang yang adil, sebagaimana yang diceritakan dari Abul Furat dia berkata:
"Usman berkata kepada budaknya, karena aku pernah menjewer telingamu, maka kini jewerlah telingaku."
Karena budaknya itu hanya memegang telinga Usman, maka Usman berkata:
"Jewerlah yang keras, karena hanya sekedar hukuman setimpal di dunia, bukan hukuman setimpal di akhirat."
Demikianlah keadilan Usman hingga kepada dirinya sendiri pun ia bersedia untuk diadili walau oleh seorang budak.

4. Sederhana
Usman adalah orang yang kaya raya, berlimpah harta, walau demikian dia tidak hidup dalam kemewahan, dia hidup dalam kesederhanaan.
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Syadat, dia berkata:
"Aku pernah melihat Usman bin Affan berkhutbah di atas mimbar pada hari Jum'at, kain ikat kepalanya juga ada yang robek."
Hal demikian dilakukan juga oleh Usman bin Affan ketika dia telah menjadi kholifah.
5. Diplomat ulung
Pada bulan Zulqa'dah tahun 6 H, Rosululloh bersama 1.400 para pengikutnya yang setia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan umrah.
Ketika sampai di Hudaibiyah Rosululloh dan para sahabatnya dihadang oleh kaum kafir Quraisy.
Dengan kejadian tersebut Rosululloh mengutus Usman bin Affan untuk menemui kaum kafir Quraisy, guna menjelaskan maksud kedatangannya ke Mekkah.
Tapi kaum quraisy tidak percaya begitu saja, sehingga antara Usman dan perwakilan dari kaum kafir terjadi perdebatan yang sangat seru dan alot.
Hingga terdengar berita bahwa Usman dianiaya dan dibunuh.
Mendengar berita tersebut para sahabat bersumpah setia untuk memerangi kaum kafir Quraisy sampai darah penghabisan.
Namun ternyata berita tentang terbunuhnya Usman bin Affan tidak terbukti.
Karena Usman kembali dalam keadaan sehat dan membawa hasil perjanjian antara kaum muslimin dan kafir Quraisy yang sangat cemerlang.
Hasil perjanjian tersebut disetujui oleh Rosululloh.

6. Ramah dan sabar
Kepribadian Usman bin Affan yang ramah dan sabar ini disalahgunakan oleh para musuh atau rakyat yang tidak suka dengan pemerintahannya.
Beliau mengalami penganiayaan dan bahkan rumahnya dibakar.
Peristiwa tragis ini puncaknya terjadi pada akhir hayatnya, hingga beliau wafat dibunuh.

Itulah sifat keteladanan dari pribadi sahabat Utsman bin Affan yang bisa kita contoh dalam hidup kita.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya.

Rabu, 01 Agustus 2018

Al-Hayyu - Yang Maha Hidup


Semoga ALLOH SWT senantiasa memberi hidup dan kehidupan yang baik dan diridhoi-Nya...
Dan jika mati...
Kita mati dalam keadaan khusnul khotimah...

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Al-Hayyu - Yang Maha Hidup

ALLOH SWT berfirman:
“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.Maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada Nya.
Segala puji bagi ALLOH Tuhan semesta alam”.
 Q.S. Al Mukmin (40)/65

ALLOH, Al Hayyu, bukanlah sifat hidup yang diawali dari ketiadaan dan tidak pula disertai kefanaan serta tidak terkandung padanya sedikit pun kekurangan.

Sesuatu kehidupan yang ada matinya, tidak memiliki hak sama sekali untuk disembah.
Sebab yang berhak diibadahi adalah ALLOH Dzat Yang Maha Hidup dan Tidak Mati.

Sifat hidup ALLOH ini berkonsekuensi adanya kesempurnaan sifat lainnya berupa ilmu Nya, pendengaran Nya, penglihatan Nya, kemampuan Nya, kehendak Nya, rahmat Nya, melakukan apa saja yang diinginkan Nya dan sifat sempurna lainnya.

Al-Hayu yang mutlak sempurna adalah milik ALLOH, bahwa yang diciptakannya ada di bawah pengendalian-Nya, tidak ada yang bisa berbuat yang demikian kecuali ALLOH SWT.
Maka Dzat yang demikian kondisinyalah satu satunya yang berhak disembah.

ALLOH SWT berfirman:
 “Dan bertaqwalah kepada Dzat Yang Maha Hidup dan Tidak Mati”.
Q.S. Al Furqon (25)/58

Untuk mengetahui sesuatu hidup atau tidak, lihat saja perbuatannya.
Alam semesta ada adalah ALLOH yang menciptakannya, begitu juga adanya manusia, ALLOH yang menciptakannya.
Oleh sebab itu, tidak mungkin ALLOH dipahami mati karena Dia selalu menciptakan manusia dan makhluk lainnya.

ALLOH itu tidak tidur, hidupnya ALLOH itu adalah hidup yang tidak akan pernah mati.
Setiap saat ALLOH sibuk mengurusi makhluk-Nya.

Kita berbicara karena kehendak-Nya, kalau ALLOH tidak beri lidah maka kita tidak akan berbicara.
Kita bisa melihat karena ALLOH beri mata.
Hal seperti ini harus kita rasakan, kita bisa melihat bukan sekedar karena kita menjaga kesehatan, tapi karena ALLOH yang memberinya mata.
Kaki manusia bisa melangkah karena ALLOH, kulit bisa merasakan karena ALLOH SWT.

Manusia sehat bukan karena sekedar karena ia makan makanan bergizi, berapa banyak orang yang makan makanan bergizi tapi tetap saja ia setruk.
Betapa banyak pula orang mati tidak ada sebab sakit sebelumnya.
Itu disebabkan, karena ALLOH lah yang memberinya kesehatan.
Semua yang ada itu atas dasar perbuatan ALLOH SWT, karena ALLOH Al-Hayyu, Yang Maha Hidup yang sempurna.
Tidak ada yang lepas dari pengawasan-Nya.

Semua itu sebagai bukti bahwa ALLOH adalah mutlak Yang Maha Hidup.
Selain ALLOH kehidupannya terbatas.
memiliki batas kehidupan sesuai dengan batas yang ALLOH kehendaki.

ALLOH hanya memberi umur manusia sedikit, sekitar 60 tahun. Sedangkan di sisi ALLOH, satu hari di sisi ALLOH sama dengan 1000 tahun yang dirasakan manusia di Dunia.
Karenanya manusia pada hakekatnya hanya hidup beberapa saat saja di sisi ALLOH.
Oleh sebab itu, gunakanlah hidup semaksimal mungkin.
Karena orang yang hidup berbeda-beda, baik kualitas atau kuantitasnya.
Derajat mereka di hadapan ALLOH sesuai dengan perbedaan tingkatan-tingkatannya.

Hidup yang benar adalah hidup yang berkwalitas di mata ALLOH, tidak sekedar hidup.
Jika sekedar hidup, hewan juga bisa hidup.
Jika mentalitasnya seperti binatang ternak, maka ia tidak akan berani menegakkan kebenaran.
Oleh sebab itu, derajat manusia itu berdasarkan perbedaan mereka dalam menyikapi kehidupan.
Jika kehidupannya berstandar pada nilai-nilai Al Qur'an, maka semakin tinggi derajatnya di hadapan ALLOH.
Tapi bila mereka hanya fokus terhadap kehidupan duniawi, maka ketika itu juga derajatnya akan jatuh.
Sehingga ALLOH katakan, “Ia kembalikan mereka ke derajat paling rendah.”

".........Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi...."
Q.S. Al-A'raf (7)/179

Yang mulia di hadapan ALLOH bukan mereka yang bergelimang harta dan berkedudukan tinggi, sedang mental mereka seperti binatang.
Tapi mereka yang mulia adalah mereka yang kualitas hidupnya sesuai dengan aturan ALLOH.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami makna Al-Hayu, bahwa hidupnya ALLOH begitu dahsyat melahirkan karya alam dan isinya.
Begitu pula manusia, bila ingin hidupnya berkwalitas maka ikutilah aturan ALLOH, maka secara otomatis derajatnya akan naik dan bisa mencapai kemuliaan di hadapan ALLOH SWT.

Itulah makna Al-Hayyu, ALLOH setiap saat berkarya untuk kemaslahatan makhluk-Nya, semua kehidupan yang ada tergantung kepada kehidupan-Nya dan karya-Nya.
Maka alangkah indahnya jika manusia juga terus berkarya yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarga dan untuk Dien Islam.

Orang yang tidak mau berkarya, tidak mau beramal sholeh, tidak mau berjihad maka ia ibarat orang mati yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Itulah kenapa hidup ada yang berkualitas dan tidak.
Jika ingin berkualitas, maka dirinya harus mengikuti aturan ALLOH.
Surga itu sebagai balasan untuk orang yang berkarya, yang beramal sholeh dan neraka balasan bagi mereka yang sombong, menolak kebenaran yang dari dari ALLOH dan rasul-Nya.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya...
 
Copyright © 2013 Belajar Takwa
Design by FBTemplates | BTT