Indahnya Saling Nasehat-Menasehati

Indahnya Saling Nasehat-Menasehati
BREAKING

Rabu, 29 Agustus 2018

Peristiwa Terbunuhnya Ali bin Abu Tholib



Alloh SWT berfirman:
".............Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) ....."
QS. Ali 'Imran (3)/140

“Hukum itu milik Alloh, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Itulah teriakan Abdurrahman bin Muljam Al Murodi (Khawarij) ketika menebas tubuh Ali bin Abi Thalib karomallohu wajhah- pada saat bangkit dari sujud shalat Subuh pada 19 Ramadhan 40 H itu.
Abdur Rahman bin Muljam menebas tubuh Sayidina Ali bin Tholib dengan pedang yang sudah dilumuri racun yang dahsyat.
Racun itu dibelinya seharga 1000 Dinar.
Tubuh Sayidina Ali bin Abi Tholib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan.
3 hari berikutnya (21 Ramadhan 40 H) nyawa sahabat yang telah dijamin oleh Rosululoh SAW menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.

Ali dibunuh setelah dikafirkan.
Ali dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Alloh.
Ali dibunuh atas nama hukum Alloh.
Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khawarij yang saat ini mulai ditiru oleh sebagian umat Islam.

Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti membaca Surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar perbuatannya:
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Alloh; dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh kholifah Ali, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi mati dengan cara qishas.
Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis.
Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:
“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus.
Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Alloh.”

Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah, sepupu Rosululloh, dan ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.

Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Alloh.

Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern.
Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat memprovokasikan untuk berjihad di jalan Alloh dengan cara memerangi, dan bahkan membunuh nyawa sesama kaum muslimin.

Siapa sebenarnya Ibnu Muljam?
Dia adalah lelaki yang shalih, zahid dan bertakwa dan mendapat julukan Al-Muqri’.
Sang pencabut nyawa Sayyidina Ali itu seorang hafidz (penghafal Al-quran) dan sekaligus orang yang mendorong sesama muslim untuk menghafalkan kitab suci tersebut.

Kholifah Umar bin Khottob pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Al-quran kepada penduduk negeri piramida itu.
Dalam pernyataannya, Kholifah Umar bin Khottob bahkan menyatakan:
“Abdurrahman bin Muljam, salah seorang ahli Al-quran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri.
Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al-quran kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.

Meskipun Ibnu Muljam hafal Al-quran, bertaqwa dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya. Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, tidak membawa iman dan Islam akibat kedangkalan ilmu agama yang dimilikinya. Afiliasinya kepada sekte Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit. Ibnu Muljam menetapkan klaim terhadap surga Alloh dengan sangat tergesa-gesa dan dangkal.

Mereka senantiasa membaca Al-quran di waktu siang dan malam. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi.

Rosululloh bersabda:
Akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Alquran.
Dimana bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka.
Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka.
Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian.
Mereka membaca Al-quran dan mereka menyangka bahwa Al-quran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-quran itu adalah (bencana) atas mereka.
Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan.
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (Sahih Muslim)

About ""

Masalah adalah ujian pendewasaan, tidak ada alasan menyalahkan orang lain, benahi diri sendiri dan jadilah pribadi yang dewasa. Banggalah pada dirimu sendiri, meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka membenci karena mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Belajar Takwa
Design by FBTemplates | BTT