Indahnya Saling Nasehat-Menasehati

Indahnya Saling Nasehat-Menasehati
BREAKING

Sabtu, 08 September 2018

Al Muqtadir - Yang Memegang Kekuasaan (Yang Menundukkan)


ALLOH SWT berfirman:

اَوْ نُرِيَنَّكَ الَّذِيْ وَعَدْنٰهُمْ فَاِنَّا عَلَيْهِمْ مُّقْتَدِرُوْنَ

"Atau Kami perlihatkan kepadamu (azab) yang telah Kami ancamkan kepada mereka.
Maka sungguh, Kami berkuasa atas mereka."
QS. Az-Zukhruf (43)/42

ALLOH Maha Kuasa atas segala makhluk-Nya, semua kehendak-Nya adalah mutlak dan Dia Yang Menundukkan segala sesuatu dengan caranya sendiri.
Sifat mulia-Nya itu dinamakan Al Muqtadir yaitu Yang Menundukkan.
Al Muqtadir adalah nama dan sifat yang menunjukkan kekuasaan dan keperkasaan, tidak ada satupun yang melakukan perlawanan kepada-Nya, perlawanan apapun akan dilemahkan-Nya.
Kekafiran, kezhaliman dan kemunafikan adalah bentuk perlawanan yang disadari atau tidak oleh manusia, maka ALLOH SWT akan melemahkan dan menundukkan hamba-Nya yang demikian dengan berbagai cara-Nya.

Bagaimana ALLOH SWT menundukkan orang-orang dahulu yang melakukan kekafiran dengan terang-terangan, mereka tidak mampu berkilah dan berdalih lebih lama karena dengan waktu yang cepat sekali ALLOH SWT menurunkan azab-Nya sebagai balasan bagi kekafiran mereka.

ALLOH SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
dan sesungguhnya telah datang kepada kaum fir'aun ancaman-ancaman.
Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.
Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-Kitab yang dahulu?”
QS. Al Qamar (54)/40-43

Di Dunia ini kita hadir sebagai bentuk ketundukan kepada ALLOH SWT.
Sejak lahir kita tidak mampu untuk berbuat apa apa, bahkan untuk menentukan bentuk wajah dan fisik kita saja terserah kepada ALLOH SWT yang menciptakan.

Sudah dipastikan, kita semua tidak pernah bisa meraba bagaimana rupa takdir kita ke depan.
Segala sesuatunya adalah misteri bagi kita.
Sering kali semua peristiwa terjadi begitu saja tanpa bisa direkayasa.
Terkadang kita juga tidak berkuasa dengan amalan kita sendiri.
Kegagalan, kesuksesan, kaya miskin, antara kehidupan dan kematian adalah mutlak milik ALLOH SWT.

ALLOH SWT berfirman:
"Setiap bencana yang menimpa di Bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya.
Sungguh, yang demikian itu mudah bagi ALLOH"
QS. Al-Hadid (57)/22

Meski semua telah tertulis di zaman azali, manusia tetap diperintahkan untuk berikhtiar menjemput kebaikan.
Tidak ada satu kebaikan pun yang diraih dengan berpangku tangan.
Semua itu meniscayakan adanya sebuah gerak, usaha, dan akselarasi.
Diam hanya akan membuat seseorang berkubang dalam penderitaan dan kegagalan.

ALLOH SWT yang menundukkan segala-galanya, semua apa yang ada di Langit dan di Bumi berada dalam genggaman-Nya, apapun keinginan ALLOH SWT terhadap ciptaan-Nya akan sangat mudah bagi-Nya untuk melakukan, semua makhluk tunduk atas segala kemauan-Nya, apakah akan diselamatkan atau akan dibinasakan, tidak ada yang dapat menghalangi-Nya.

ALLOH SWT berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya ALLOH telah menciptakan Langit dan Bumi dengan hak?
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi ALLOH.”
QS. Ibrahim (14)/19-20

ALLOH SWT menundukkan kekuasaan raja namrud dikala Nabi Ibrahim menyampaikan da’wah kepadanya tapi da’wah itu ditolak bahkan dimusuhi.
Raja Namrud bin Kan'an menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak.
Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau ditawar.
Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja.
Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan.
Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan.
Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan.
Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia.
Di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung.
Ia sebagai calon Rosul dan pesuruh ALLOH SWT yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya, jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kepicikan fikirannya.
Bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus dibrantas dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.

Nabi Ibrahim mampu menundukkan mereka dengan argumentasi dan logika berfikir yang sehat.
Tetapi mereka membalasnya dengan menetapkan akan membakarnya.
Sungguh ini sangat mengherankan.
Suatu mahkamah yang mengerikan digelar di mana si tertuduh akan dihukum dengan cara dibakar.
Namun ALLOH SWT membela nabi-Nya dengan menundukkan api yang biasanya membakar apalagi sedang membara pasti akan membinasakan siapa yang mengenainya tapi dikala itu sang api, patuh atas perintah Tuhannya.

Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari kobaran api itu karena saking panasnya.
Lalu, seorang algojo memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api.
Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu."
Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kobaran api.
Nabi Ibrahim terjatuh dalam api.
Api pun mulai mengelilinginya, lalu ALLOH SWT menurunkan perintah kepada api.

"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada Ibrahim."
QS. al-Anbiya' (21)/69

Api pun tunduk kepada perintah ALLOH SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim.
Api hanya membakar tali- tali yang mengikat Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim dengan tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman.
Beliau memuji ALLOH SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya.
Yang ada di dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu ALLOH SWT.

Begitu juga ALLOH SWT menundukkan penguasa-penguasa yang dzolim lainnya dengan berbagai kejatuhan yang dialami hingga memberikan siksa dan azab-Nya.
ALLOH SWT juga menundukkan kegagahan Umar bin khottob dengan hidayah sehingga masuk islam dan membelanya. Rosulullohpun selalu berdo’a kepada ALLOH agar hati yang dimilikinya selalu hidup dalam keadaan kokoh dalam Dien Islam ini.

“Ya Muqallabil Qulub Tsabbit Qolbi ‘ala dinika” Wahai yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku ini dalam dien-Mu’.

About ""

Masalah adalah ujian pendewasaan, tidak ada alasan menyalahkan orang lain, benahi diri sendiri dan jadilah pribadi yang dewasa. Banggalah pada dirimu sendiri, meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka membenci karena mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Belajar Takwa
Design by FBTemplates | BTT